Hidayatullah.com–Adanya sebagian individu yang mengaku bagian dari Nahdlatul Ulama (NU) tapi menganut paham Islam Liberal dan pluralisme agama, tak ayal menimbulkan tanda tanya dan keresahan di kalangan umat Islam.
Menurut pakar pluralism agama yang juga Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Prof. Dr. Anis Malik Toha, hal itu terjadi karena ketidaktahuan sebagian warga NU atas bahaya paham-paham tersebut.
Ditemui usai Institute for The Studies of Islamic Thought and Civilizations (INSITS) dalam acara tasyakkur milad ke 13 di Gedong Joang, Selasa (1/3) pria kelahiran Pati itu juga mengemukakan adanya aliran uang untuk menyebarluaskan paham sekularisme, pluralisme, liberalisme yang sudah difatwakan haram oleh MUI itu di Indonesia.
Tak heran jika kemudian para pengusung paham pluralism agama di Indonesia dinilai hanya copas pemikiran saja.
Pria yang juga seorang peneliti INSISTS tersebut juga menjelaskan, selama ini belum ada think tank di tubuh NU yang benar-benar difungsikan untuk menangkal bahaya Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme (SePILIS) itu.
“Think tank NU yang ada justru banyak diisi oleh kalangan liberal,” kata mantan Khatib ‘Aam Syuriah NU Cabang Istimewa Malaysia ini merujuk kepada Lakpesdam NU. Anis pun menyerukan dilakukannya perbaikan atas Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU.
“Harus diperbaiki dan direkonstruksi,” ujar Anis seraya menyatakan bahwa kalangan liberal itu tidak hanya menyusupi jam’iyah NU saja, melainkan juga ormas Islam lainnya.*/kiriman SPI Media Center