Hidayatullah.com–Sekitar 35 peserta yang terdiri dari mahasiswa dan guru, mengikuti Pelatihan Nasional “Gerakan untuk Membumikan Ayat-Ayat Semesta” yang diselenggarakan oleh Yayasan Trensains Indonesia, di Sragen, Jawa Tengah belum lama ini.
Selama 4 hari, peserta yang berasal dari beberapa daerah propinsi, seperti Jombang, Surabaya, Solo, Yogyakarta, Bandung hingga Jakarta, mengikuti Training of Trainner (TOT) yang diisi langsung oleh Agus Purwanto, D.Sc., penggagas dan pendiri Sekolah Trensains (sekolah berbasis pesantren dan sains).
Agus Purwanto, mengawali pembukaan di hari pertama dengan mengungkapkan dilema kondisi Indonesia yang terkuras sia kekayaannya dan lemah sumber daya manusianya.
Menurutnya, cukup banyak orang-orang pintar alumni luar negeri, tapi tidak dapat memberikan sumbangsih. Adapula yang ketika selesai tidak ingin kembali ke tanah sendiri, tidak punya keinginan membangun negeri.
“Apa artinya kita sekolah, jika asing dan lupa terhadap kampung halamannya” tutur Agus Purwanto, sembari berpuitis melalui karya W.S Rendra.
Agus Purwanto, D.Sc., yang dikenal sebagai seorang ilmuan Indonesia, lulusan S-3 Fisika,Universitas Hiroshima Jepang ini, memiliki cita-cita besar dan mengabdikan dirinya untuk kemajuan Indonesia.
Melalui programnya, Trensains (Pesantren Sains), yang sampai saat ini sedang berkembang dan terbentuk pada lembaga pendidikan, yaitu SMA Trensains Tebuireng, Jombang dan SMA Trensains Darul Ihsan Muhammadiyah, Sragen, serta beberapa sekolah lain yang masuk dalam kerjasama program Trensains, dengan mengangkat tema besar, Trensains sebagai “Proyek Peradaban”.
Dilatar-belakangi hal tersebut, Agus Purwanto memandang pentingnya peranan utama seorang guru dan pembina yang mampu menjalankan misi dan sistem pendidikan, sehingga dibutuhkan pemahaman, kemampuan dan penguasaan terhadap bidang ilmunya, untuk mencapai tujuan.
“Kurikulum banyak diotak-atik, tapi gurunya ditelantarkan. Kurikulum yang rusak, ketika masuk di tangan guru yang baik, dapat dimodifikasi menjadi baik,” ungkapnya.
Agus Purwanto, penulis buku “Ayat-ayat Semesta, Nalar Ayat-Ayat Semesta” dan “Pintar Membaca Arab Gundul dengan Metode Hikari”, membedah buku-buku tersebut, kemudian memberikan materi yang cukup banyak mengenai tema wacana Islamisasi Sains, Quantum Mechanics, Integrasi Sains, Filsafat, Tasawuf dan lainnya.
Baginya, problem pendidikan, khususnya yang beliau spesifikkan pada bidang sains, merupakan problem global yang saat ini melanda dunia.
Sains yang dipelajari dan berkembang, membawa nilai hidup sekuler-materialis, yang merusak tatanan alam dan kehidupan. Maka Islamisasi sains, sains yang dikembangkan dalam Worldview of Islam, merupakan sebuah pilihan solutif yang harus disiapkan dan diaplikasikan untuk menghadapi tantangan besar, dimulai dan ditindaki dari lingkup lokal melalui sistem pendidikan.
Pelatihan yang berakhir pada 25 Oktober 2015 ini, memberikan kesan dan bekal bagi peserta yang merupakan alumni ketiga dari serangkaian pelatihan yang telah dilakukan oleh Yayasan Trensains Indonesia.
Di salah satu sesi, Agus Purwanto juga menegaskan, jika sebuah bangsa tidak menghargai dan memuliakan para guru, maka akan hina pula lah bangsa tersebut, sebab guru atau pendidik, merupakan etentitas utama pembentuk identitas peradaban.
“Bangsa yang hina adalah bangsa yang tidak menghargai guru. Hanya bangsa mulia, yang menghargai orang mulia,” ungkap Agus Purwanto, ilmuan dan dosen di Institute Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.*/kiriman Galih