Hidayatullah.com—Hari Kamis (14/03/2019) malam, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung Angkatan ke-5 melaksanakan perkuliahan keempatnya. Kali ini, tema yang diangkat adalah “Tauhidullah” yang disampaikan oleh Akmal Sjafril, founder SPI sendiri, bertempat di gedung PPPPTK IPA, Bandung.
Dalam pembahasannya, Akmal menjelaskan pentingnya konsep Tuhan yang diyakini oleh seseorang. “Konsep Tuhan itulah yang mempengaruhi pandangan hidup atau worldview orang tersebut,” ujarnya.
Akmal memaparkan konsep Tuhan dari berbagai agama dan implikasi terhadap perilaku penganutnya. Salah satu contoh yang diberikan adalah kepercayaan tentang dewa-dewi Yunani yang mengagungkan kekuatan, sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Theoghony, berimplikasi pada kaum Yunani yang menganggap bahwa yang kuat berhak melakukan apa pun, sementara yang lemah dianggap patut menderita. Semua ini dijelaskan dalam salah satu episode sejarah yang sangat terkenal dari peradaban Yunani kuno, yaitu “The Melian Dialogue”.
Konsep Tuhan dalam Islam adalah Tauhidullah atau disingkat sebagai Tauhid saja. Akmal menegaskan bahwa Tauhid sangat berbeda dengan monoteisme. “Tauhid itu percaya Allah yang satu-satunya, tidak ada yang lain. Kalau monoteisme bisa percaya pada apa pun yang penting satu, mau itu patung, batu, pohon, Fir’aun dan sebagainya,” pungkas Akmal.
Menyadari pentingnya konsep Tuhan dalam membangun cara pandang seseorang, Erlin Fatinah, salah satu siswa SPI Angkatan ke-5, menjelaskan pentingnya penanaman Tauhid sejak usia dini.
“Karena dasar agama adalah tauhid dan pondasi tauhid adalah akidah, maka keimanan tersebut harus ditanamkan pada anak. Ketika potensi keimanan itu tidak menemukan jawaban kebenarannya, maka akan berpengaruh pada perkembagan keberagamaannya,” ucap Erlin.
Selanjutnya, mahasiswi jurusan Psikologi tersebut menjelaskan bahwa orang tua harus memahami karakter anak yang kreatif dan spontan dalam meniru perilaku untuk menanamkan tauhid pada anak.
“Jadi penanaman akidah pada anak itu dengan membangun cinta pada Islam. Bangun keinginan untuk melakukan ibadah karena cinta, bukan karena paksaan. Orang tua pun harus menjadi figur yang mencintai Islam, misalnya dengan melakukan shalat tepat waktu,” pungkas Erlin.*/kiriman Fakhrizal Muttaqien