Hidayatullah.com—Umat Islam saat ini harus mampu memberi respon intelektual terhadap berbagai macam prang pemikiran, bukan dengan emosi atau melaknat semata, tapi dengan cara ilmiah. Demikian salah satu materi kuliah perdana Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Yogyakarta Sabtu (22/10/2022) malam di lantai 2 Masjid Jogokariyan yang disampaikan kepala SPI Pusat, Akmal Sjafril.
“Kita butuh sebuah respon intelektual untuk menghadapi tantangan pemikiran yang mendera umat Islam Indonesia di masa kini,” ujarnya dalam kuliah perdana yang dilaksanakan secara luring ini, Dengan mengutip Al-Qquran Surat Al-Baqarah ayat 120.
dihadiri oleh puluhan peserta dengan berbagai macam latar belakang.
Menurut Akmal, semua pergerakan Islam pasti memiliki semangat untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam. Namun hal itu hanya bisa dilakukan melalui tradisi ilmu.
“Sastrarawan Taufik Ismail bahkan berpendapat bahwa Indonesia justru mengalami kemunduran setelah kemerdekaan dan hal itu bisa terlihat dari penguasaan bahasa dan tradisi membaca anak-anak SMA-nya,” ujar pria berdarah Minang itu.
Dengan semangat ilmiah itulah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) didirikan, kata Akmal. Pada awalnya, SPI yang didirikan pada tahun 2014 merupakan bagian dari komunitas #IndonesiaTanpaJIL (ITJ), kemudian memisahkan diri pada tahun 2015. Hingga kini, setidaknya ada empat cabang SPI, yaitu SPI Jakarta, SPI Bandung, SPI Tangerang dan yang termuda SPI Yogyakarta.
Akmal juga menegaskan bahwa apa pun yang dilakukan dengan niat lillahita’ala pasti akan menuai hasil yang lebih diridhoi. “Jangan pesimis dengan dakwah, pasti akan ada hasilnya. Bisa dilihat dari perkembangan Islam pada tahun 70-80an dibandingkan sekarang. Dulu, Indonesia berada pada fase yang sangat sekuler. Coba saja tonton Warkop DKI, itu salah satu contohnya,” pungkas pria yang sedang merampungkan studi doktoral Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia itu.
Terkait dengan pemaparan Akmal, salah satu peserta kuliah, Avicenna Ismail Noor Esa memberi tanggapan. Menurutnya, kelas perdana ini menggugah dan memotivasinya menjadi seorang muslim yang intelektual, dengan mengedepankan argumentasi dan toleransi yang lebih sehat.*/Ale Siregar