Hidayatullah.com– Seorang dokter muda yang telah menorehkan banyak prestasi, dr. Gamal Albinsaid, M. Biomed hadir di Masjid Manarul Ilmi, ITS Surabaya, Jawa Timur, dalam kajian bertajuk “Generasi Muda Membangun Umat dan Bangsa” pada Senin (18/11/2019).
Dihadiri pula oleh Wakil Rektor I ITS dan Ketua TPKI ITS, Prof. Ir. Sutardi, kajian ber-tagline “Yang Muda, Saatnya Bangun Bangsa” ini memupuk semangat perjuangan jamaahnya yang mayoritas adalah mahasiswa dan mahasiswi.
Bukan hanya dari ITS saja, namun juga dari kampus-kampus lainnya seperti UNAIR, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan lain sebagainya. Bahkan hadir pula jamaah umum seperti ibu dan anak-anak.
Dipandu oleh moderator Yasir Abdillah, Pengurus Harian JMMI ITS, dr. Gamal memulai kajiannya dengan mengatakan, “Anak muda selalu punya tinta emas”.
Sang dokter lantas melanjutkan kalimatnya dengan menunjukkan fakta sejarah, seperti pada 19 Mei 1908 seorang pemuda yang bersekolah di STOVIA mendirikan sebuah organisasi yang dikenal sebagai organisasi kebangkitan pemuda pertama di Indonesia, Budi Utomo.
Ada juga peristiwa Sumpah Pemuda I dan II yang semakin menyatukan para pemuda Nusantara. Bahkan pada saat kemerdekaan Indonesia pun, yang mendorongnya bisa terlaksana pada 17 Agustus 1945 adalah Golongan Muda.
Berdasarkan sejarah ini, pada hakikatnya anak muda pasti memiliki kemampuan yang melebihi kapasitas pribadinya, hanya bagaimana realisasinya saja. Inilah yang mendasari dr. Gamal mengatakan bahwa “ide itu murah, merealisasikannya yang mahal”.
Dalam sejarah Islam sendiri, terkenal banyak sekali pahlawan-pahlawan yang datang dari kalangan muda, seperti Muhammad Al-Fatih.
Yang mungkin dipertanyakan adalah bagaimana bisa seorang pemuda yang baru saja melewati dekade kedua kehidupannya menaklukkan suatu kota pusat peradaban dengan kekuatan yang sangat besar yaitu Konstantinopel, padahal belum pernah ada yang melakukan itu sebelumnya?
“Jika Allah mau dan pasti Allah mampu menjadikan seseorang yang lebih tua dari Muhammad Al-Fatih (golongan tua, pen) untuk menaklukkan Konstantinopel, mengapa Allah menjadikan Muhammad Al-Fatih justru sebagai penakluknya?” dr. Gamal beretoris lalu lanjut menjawab, “Karena Allah ingin membuktikan kepada pemuda generasi kita bahwa kita mampu”.
Dr. Gamal menuturkan ayat ke-7 dalam Al-Qur’an Surat Muhammad; “Wahai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Dr. Gamal menjelaskan bahwa pemuda yang memang ditakdirkan Allah untuk membawa kebangkitan pasti akan ditolong dan diteguhkan kedudukannya oleh Allah Ta’ala apabila mereka berani menegakkan syariat-Nya.
Oleh karena itu, pemuda hendaknya berusaha keras menjaga keimanannya kepada Allah dengan tidak banyak beralasan dalam menjalankan perintah-perintah-Nya.
Dr. Gamal mengingatkan bahwa tidak akan ada cara instan untuk sukses, semuanya perlu pengorbanan dan kerja keras.
“Bangsa dan negara kita lahir dari ketidaknyamanan untuk orang banyak. Kalau saya nyaman, saya tidak tumbuh. Kalau saya tumbuh, saya tidak nyaman,” ujarnya.
Reka ulang sejarah sekali lagi, dr. Gamal menuturkan kisah para pahlawan bangsa yang selalu hidup dalam kesederhanaan, Moh. Hatta yang bahkan untuk beli sepatu saja tidak mampu, atau Haji Agus Salim yang tinggal berpindah-pindah dari rumah kecil satu ke rumah kecil lainnya.
Ketidaknyamanan akan memunculkan gairah untuk bangkit, dan itulah yang dinantikan dari para pemuda penerus bangsa.
Almarhum B. J. Habibie pernah bertemu dengan dr. Gamal dan menanyakan tentang Asuransi Sampah (Garbage Clinical Insurance) yang digagasnya. Program ini diperuntukkan bagi mereka-mereka yang kurang mampu membayar biaya besar untuk pengobatan, maka dari itu di klinik ini mereka hanya perlu membayar dengan sampah plastik saja.
“You care about them is the beginning of everything,” kata dr. Gamal, ia melanjutkan, “Kita belajar bukan hanya untuk pintar, kaya, atau sukses semata, namun untuk membantu banyak orang.”
Satu hal lagi yang berusaha ditanamkan kepada jamaahnya yang notabene merupakan para pemuda adalah “Don’t try to impress, but try to impact”. Menurutnya, pemuda hendaknya tidak bekerja untuk meng-impress banyak orang, namun untuk memberikan impact yang pasti.
Pemuda haruslah visioner, berpikir bahkan 20 hingga 30 tahun mendatang. Pemuda juga harus berani berkomitmen dan melakukan produktivitas yang harmonis. Ini adalah strategi kebangkitan untuk para pemuda.
“Berapa banyak yang dipuja-puja di dunia tetapi direbus di akhirat?” pertanyaan tersebut dilanjutkan dengan pesan, “Sebagai pemuda, jangan kikir bekerja keras tetapi jangan juga mendewakan ikhtiar. Ingat bahwa kita harus meyakini ada andil Allah Subhanahu Wata’ala dalam setiap langkah kita.”
Menurutnya, pemuda tidak boleh berkarya untuk motivasi rendah seperti pujian, uang, dan sejenisnya. Namun, pemuda harus berkarya untuk motivasi tinggi seperti kebermanfaatan dan rida Allah.
Lagipula, orang lain tidak peduli pada gelar apa saja yang kita raih, penghargaan mana, dan seberapa kayanya kita, tapi seberapa bermanfaatnya kita untuk mereka—“Jadilah orang yang kehadirannya selalu ditunggu-tunggu”.* (Meutia Z. Arianti)