Hidayatullah.com— Meskipun menggunakan istilah Tuhan yang sama, pada dasarnya konsep ketuhanan di masing-masing agama sangat berlainan. Sebab konsep ketuhanan masing-masing agama itu membentuk worldview penganutnya.
Demikian disampaikan penulis buku Islam Liberal 101 Akmal Sjafril dalam kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta hari Rabu (19/10/2022) malam di aula Imam Al-Ghazali, INSISTS – Jakarta Selatan. Perkuliahan yang dihadiri puluhan peserta se-Jabodebek.
“Konsep ketuhanan masing-masing agama sesunguhnya akan membentuk worldview penganutnya. Hal ini bisa dilihat pada konsep ketuhanan yang menyebut bahwa Tuhan adalah tiga pribadi, dan ketiganya dapat dibedakan tapi tetap dalam satu kesatuan,” kata Akmal Sjafril.
Materi yang diangkat pada pertemuan ini bertajuk Tauhidullaah, dan dipandu oleh Ibnu Muhammad Hamri sebagai moderator. “Ada juga konsep ketuhanan yang menyebutkan bahwa Tuhan memiliki keturunan dan saling mengalahkan dengan yang mereka sebut Tuhan yang lain,” ungkap Akmal.
Dalam kesempatan ini, pemateri menjelaskan perbedaan konsep ketuhanan dari Yunani Kuno hingga Islam. Menurut Akmal, masyarakat Yunani Kuno mempunyai konsep ketuhanan yang menuhankan Zeus, yaitu raja dari para dewa yang juga yang telah mengalahkan raja dewa terdahulu yaitu Kronos.
Dari kisah dewa mitologi Yunani kuno ini memperlihatkan konsep ketuhanan bahwa tuhan memiliki keturunan, dan tuhan sebelumnya kalah dengan tuhan yang baru. Ini menandakan keberadaan Tuhan dalam kisah itu tidak kekal. Sedangkan pada hakikatnya konsep ketuhanan yang benar ialah Tuhan yang Maha Kekal.
Hal ini sangat berbeda dengan konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Islam. Islam mengajarkan bahwa tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Sesuai dengan Al-Quran dalam Surat Al-Ikhlas yang secara umum menjelaskan keesaan Allah. Bahwa Allah adalah satu, dzat yang menjadi tempat untuk bergantung dan kembali bagi setiap makhluk hidup dan alam semesta.
“Pemahaman Islam dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan mendalam tetap sampai pada satu kesimpulan yang sama. Islam bisa dipahami oleh yang baru masuk Islam maupun yang sudah profesor,” tegas bapak dua anak ini.
Salah satu peserta, Muhamad Pendi memberikan testimoni. Menurutbya, belajar konsep ketuhanan agama lain bisa membuat semakin yakin dengan agama yang dianutnya, yaitu Islam.
“Setelah tahu banyaknya kekeliruan dari konsep ketuhanan agama lain kita dapat memberikan argumentasi yang kuat atas kebenaran agama kita,” katanya.
Sebelum menutup pemaparan metari, Akmal, yang kini sedang menempuh pendidikan doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia ini berpesan, “Ilmu akan melindungi iman. Dan manusia belajar ilmu syariat (ilmu agama) agar tahu bagaimana bentuk penghambaan yang benar. Manusia belajar ilmu dunia agar tahu bagaimana penghambaannya dapat menjadi lebih lezat,” katanya.*/Muhammad Luthfi Imaduddin