Hidayatullah.com—Bertempat di gedung Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) lantai II, Rabu (17/01/2018), berkumpul alumni Program Kaderisasi Ulama (PKU), dan beberapa pengajar.
Acara yang sedianya direncanakan pukul 20.00 diundur menjadi jam 20.45 mengingat kendala teknis yang tidak bisa terelakkan. Meski begitu, acara cukup gayeng dan penuh persahabatan.
Pembukaan diawali oleh Ustadz Budi Setiawan Lahore yang mengucapkan terima kasih di prolognya atas kedatangan beberapa alumni sembari memberitahukan bahwa acara ini semacam koordinasi alumni, sekaligus silaturahim yang sebelumnya sudah dilakukan di daerah-daerah lain selama perjalanan workshop ilmiah.
Dalam acara pembukaan, Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi dengan senyum khasnya memberikan gambaran umum mengenai PKU dan perannya di masyarakat.
“PKU adalah kaderisasi satu-satunya yang bergerak dalam bidang perang pemikiran. Keberadaan PKU diharapkan mampu memberikan peran dan kontribusi saat lulus dari PKU di daerahnya masing-masing, utamanya dalam menghadapi pemikiran-pemikiran menyimpang,” ujar penulis buku Misykat ini.
Menurut Hamid, forum ini digelar untuk mengkonsolidasikan kembali para alumni PKU dan sekaligus menceritakan pengalaman dan saran kepada adik-adik kelas.
Pria yang juga Ketua Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini sangat berharap ikatan ini terus berlanjut dan dibentuk dalam suatu relasi yang lebih konkret, sehingga bisa menjadi kekuatan dan jaringan yang solid dalam menghadapi ‘ghazwul-fikri’ (perang pemikiran) yang sampai saat ini terus berlangsung.
Menurutnya, PKU harus terus berjalan, mengingat liberalisasi masih terus berjalan dengan banyak ragamnya.
Ia mengharapkan para alumni PKU berperan di daerah atau di tempat masing-masing untuk mengatasi problem pemikiran yang mendera umat.
“Racun liberalisme (dan pemikiran menyimpang lainnya) jauh lebih berbahaya daripada pembunuhan secara fisik,” ujarnya.
Sebab pembunuhan secara fisik mungkin bisa dihitung jumlahnya, namun jika yang dibunuh adalah pemikiran, maka berimbas kepada ribuan bahkan jutaan korban.
Acara juga dilanjutkan pengalaman para alumni. Hingga saat ini, alumni PKU yang sudah menyebar di berbagai instansi. Di manapun mereka berada, para alumni terus bergerak dalam menjawab ‘syubhat-syubhat’ pemikiran Islam.
Baca: Neo-Ghazwul Fikri
Secara umum, Dr. Hamid menyambut secara positif sekaligus menekankan pentingnya peran dan kohesi antaralumni.
“Jangan sampai lulus dari PKU langsung berhenti menulis, dan kembali pada aktivitas sedia kala tanpa berperan di masyarakat,” ujarnya.
Acara dipungkasi oleh Direktur INSISTS Dr. Henry Shalahuddin yang menandaskan bahwa keberadaan PKU membuat dirinya tetap optimis di tengah kondisi Indonesia yang sedang ‘darurat bingung’.
Sampai pada pukul 22.30 WIB acara pun dipungkasi dengan salam lalu dilanjutkan dengan photo bersama.*/kiriman Mahmud B Setiawan, alumni PKU- VIII 204-2015