Hidayatullah.com–Malaysia mempertahankan posisinya memimpin keuangan syariah secara global dengan beragam pemain industri yang meliputi perusahaan hukum, akuntansi, teknologi, serta platform perdagangan komoditas, menurut Wakil Menteri Keuangan Datuk Amiruddin Hamzah.
Ia mengatakan, Malaysia terus menjadi pendorong utama bagi pasar sukuk dan mewakili 51 persen dari sukuk sebesar US $ 396 miliar (S $ 545 miliar) dari total sukuk yang beredar di dunia tahun lalu. Dia mengatakan perusahaan Malaysia telah menerbitkan RM3.7 milyar green sukuk.
Tahun lalu, Malaysia memimpin industri manajemen kekayaan syariah dengan 36,5 persen penguasaan global pada akhir 2017.
“Kami terus memimpin dalam industri manajemen kekayaan Islam dengan US $ 28,3 miliar (36,5% pangsa global) pada akhir-2017 sebagai dominasi kunci untuk dana Islam di seluruh dunia.
“Saya percaya bahwa langkah industri menuju merangkul VBI (intermediasi berbasis nilai) akan semakin memperkuat posisi kepemimpinan Malaysia, dan memajukan pertumbuhan keuangan Islam untuk menghasilkan dampak positif dan berkelanjutan terhadap ekonomi, masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Amiruddin mengatakan ekonomi negara itu tetap kuat dan tangguh secara fundamental dalam menghadapi berbagai peristiwa global yang menimbulkan risiko penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi global, didukung oleh permintaan domestik yang sehat serta pertumbuhan dan perdagangan global yang berkelanjutan.
Baca: Malaysia Cari Tokoh Paling Berjasa Kembangkan Keuangan Syariah ..
“Malaysia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, pemerintahan yang baik dan tanggung jawab fiskal. Kami bertekad untuk menerapkan semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan diberantas dari sistem administratif kami. “Kami terus memimpin dalam industri manajemen kekayaan Islam dengan US $ 28,3 miliar (36,5% pangsa global) pada akhir-2017 sebagai dominasi kunci untuk dana Islam di seluruh dunia.
“Saya percaya bahwa langkah industri menuju merangkul VBI (Intermediasi Berbasis Nilai) akan semakin memperkuat posisi kepemimpinan Malaysia, dan memajukan pertumbuhan keuangan Islam untuk menghasilkan dampak positif dan berkelanjutan terhadap ekonomi, masyarakat dan lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Amiruddin mengatakan ekonomi negara itu tetap kuat dan tangguh secara fundamental dalam menghadapi berbagai peristiwa global yang menimbulkan risiko penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi global, didukung oleh permintaan domestik yang sehat serta pertumbuhan dan perdagangan global yang berkelanjutan.
“Malaysia memiliki fundamental ekonomi yang kuat, pemerintahan yang baik dan tanggung jawab fiskal. Kami bertekad untuk menerapkan semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan diberantas dari sistem administratif kami.
“Sejak didirikan lebih dari 30 tahun yang lalu, keuangan syariah telah menjadi semakin bersemangat dengan berbagai pemain industri, termasuk perusahaan hukum, akuntansi, teknologi dan rating serta platform perdagangan komoditas, kata Amiruddin Hamzah saat memberikan pidato pembukaan di Forum Keuangan Syariah Global 2018 di Kuala Lumpur, hari Rabu, 3 Oktober dikutip thesundaily.
“Malaysia juga memimpin beberapa perkembangan inovatif dalam keuangan Islam, dengan tujuan untuk merangsang industri yang berkembang ini, seperti penerbitan Sukuk Investasi Berkelanjutan dan Bertanggungjawab (SRI) pertama dan Sukuk Hijau, peluncuran Platform Akun Investasi (IAP) dan pengembangan Dana Wakaf untuk mengembangkan ekonomi Islam, “katanya.
Tahun lalu, Bank Negara Malaysia menerbitkan makalah strategis tentang Intermediasi Berbasis Nilai (VBI) yang menjelaskan strategi untuk memperkuat peran dan dampak bank-bank Islam terhadap ekosistem keuangan yang berkelanjutan.
Baca: Indonesia Bakal Dijadikan Pusat Keuangan Syariah Global .
Posisi Indonesia
Laporan Global Islamic Finance Report (GIFR) 2018 menyatakan industri keuangan Islam global tumbuh bernilai lebih dari 2,4 triliun dolar AS pada akhir tahun 2017.
Menurut GIFR 2018, 2017 adalah tahun keempat berturut-turut dimana industri mencatat pertumbuhan satu digit dan lima tahun berturut-turut dimana tingkat pertumbuhan telah mengalami tren menurun.
Islamic Finance Country Index (IFCI), menempatkan Malaysia di atas daftar negara-negara yang memimpin industri syariah secara global. Sementara Iran pada peringkat kedua, Arab Saudi, UAE dan Kuwait masing-masing menempati peringkat ketiga, keempat dan kelima.
Indonesia memindahkan satu posisi ke atas untuk merebut posisi keenam di IFCI, sementara Pakistan merosot satu posisi ke bawah menjadi pasar paling berpengaruh ketujuh di industri jasa keuangan Islam global.
Sementara Indeks Perbankan Syariah 2017 yang diterbitkan oleh Emirates Islamic Bank mengungkapkan peningkatan 7 persen dalam adopsi produk-produk Islam oleh para nasabah bank non-Muslim.*