Oleh: Supendi
Hidayatullah.com | ZAKAT di era digital, termasuk dalam upaya menyambut bonus demografi sudah selayaknya diarahkan pada pemberdayaan tertinggi, yakni mengantarkan mustahik menjadi muzakki. Langkah dari upaya tersebut sangat mungkin dilakukan dengan mendayagunakan dana penghimpunan zakat, infaq dan sedekah pada sektor wirausaha.
Secara faktual jumlah wirausaha di Tanah Air masih berada pada posisi 3,5% dari total penduduk. Sedangkan negara maju di dunia mencapai angka 10-14% dari total penduduk.
Di saat yang sama ketika kita ingin bangsa ini secara ekonomi terus bertumbuh sudah barang tentu jumlah masyarakat yang berdaya secara finansial harus terus diupayakan. Seperti diungkapkan Menteri BUMN Erick Thohir, “Kalau kita ingin tumbuh secara ekonomi, kita juga memerlukan pengusaha-pengusaha baru,” sebagaimana dilansir oleh Republika (8/2/22).
Langkah Nyata
Laznas BMH terus berupaya ikut serta mendongkrak jumlah orang berubah dari mustahik menjadi muzakki. Melalui beberapa program ikhtiar itu terus diupayakan, seperti program cluster pemberdayaan peternakan, pertanian, dan perikanan.
Pertanian BMH jalankan program kebun gizi hidroponik di Pesantren Hidayatullah Depok. Sektor peternakan BMH berdayakan warga relokasi musibah tanah longsor di Bogor dengan peternakan kambing.
Demikian juga dengan masyarakat Gowa, Jeneponto dan Pinrang di Sulsel, juga diberdayakan melalui program Ternah Berkah. Pada sektor perikanan BMH jalankan program tambak untuk pesantren dan masyarakat sekitar, seperti yang dilakukan di Kendal, Jawa Tengah dan Konawe, Sulawesi Tenggara.
Sektor ketahanan pangan juga diupayakan terus menerus di antaranya melalui program lumbung pangan santri yang berjalan di Bakung, Bekasi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Dari sisi pembinaan usaha individu BMH juga menyediakan program bantuan modal usaha dan pendampingan usaha agar semakin profesional.
Termasuk memfasilitasi para single parent dari kalangan ibu-ibu dalam sebuah komunitas utaha dalam Program Ibu Hebat. Yang terbaru untuk recovery erupsi Gunung Semeru BMH di Lumajang juga hadirkan program Kebun Amal dimana masyarakat didorong untuk berdaya dengan kembali menghidupkan aktivitas harian mereka sebelumnya, yakni bertani dan berkebun.
Namun penting disadari, upaya ini memang tidak bisa seperti membalik telapak tangan. Dibutuhkan upaya yang tiada henti dan penuh kesungguhan. Sebab dalam sejarah para wirausaha sukses mereka memang tangguh dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berat.
Sandiaga Uno yang dikenal sebagai pebisnis ulung di negeri ini ternyata berangkat sebagai karyawan dan pernah di PHK. Kemudian ia mencoba peruntungan di dalam negeri. Catatannya pun mengagumkan, ia pernah melayangkan lamaran ke 25 perusahaan dan tidak satu pun yang menerimanya alias ditolak (lihat buku The Entrepreneur Virus halaman: 97).
Namun karena kegigihan, kini Sandiaga Uno sukses menjadi seorang wirausaha yang terus menginspirasi kaum muda.
Aksi Kolaborasi
Mengingat upaya ini sangat urgen dan mulia serta berkesinambungan sudah pasti upaya menjadikan zakat sebagai pendorong kemajuan ekonomi umat butuh aksi kolaborasi banyak pihak. Terlebih kala mau memajukan umat melalui sektor ekonomi menjadi wirausaha. Tidak cukup hanya dengan pembagian bantuan modal usaha, tapi butuh juga yang namanya penguatan mindset dan pendampingan spiritual.
Pembentukan mindset butuh kehadiran para ahli di bidang ekonomi dan wirausaha itu sendiri. Dari sisi pendampingan spiritual, BMH telah siap dengan adanya program dai tangguh. Dimana dai yang bertugas di berbagai daerah tidak saja membina masyarakat untuk bisa mengaji tetapi juga bagaimana menumbuhkan etos kerja dan usaha yang baik.
Terlebih pandemi belum seutuhnya berakhir. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengonfirmasi bahwa dari 64,2 juta UMK yang ada di Indonesia, sekitar 50 persen atau setara 30 juta UMK harus tutup sementara akibat pandemi.
Dengan fakta ini setidaknya semua pihak dapat mengerti bahwa zakat yang diwajibkan dalam Islam sesungguhnya dapat didorong sebagai instrumen yang efektif ikut membangkitkan dan menumbuhkan sektor ekonomi negeri. Karena pada hakikatnya zakat dapat berfungsi sebagai instrumen pemerataan ekonomi (Didin Hafidhuddin “Zakat dalam Perekonomian Modern”).
Jadi, seiring dengan datangnya kembali virus varian Omicron yang telah mengundang pemerintah kembali menetapkan PPKM bagi masyarakat Jawa dan Bali, sudah selayaknya para wajib zakat semakin menyadari bahwa menunaikan zakat dengan segera di saat seperti ini benar-benar memberikan jalan kebaikan bagi umat, bangsa dan negara.*
Direktur Utama BMH