Hidayatullah.com–Jumlah jamaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci hingga Senin (27/10/2014) sebanyak 275 jamaah. Angka ini melampaui jumlah jamaah haji yang wafat pada musim haji tahun lalu sebanyak 266 jamaah.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Fidiansyah mengatakan, bicara kematian erat kaitannya dengan takdir namun ada ikhtiar walaupun tidak bisa memanipulasi takdir.
“Sulit sebetulnya mengendalikan hal yang di luar kekuasaan manusia. Namun sekali lagi dalam dunia kesehatan, bicara kematian bukan berarti memanipulasi takdir,” kata Fidiansyah di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Jeddah, Senin (27/10/2014).
Fidiansyah mengatakan, yang dilakukan oleh Tim Kesehatan bagaimana mengikhtiarkan suatu langkah yang memberikan efek kesembuhan bagi jamaah sakit yang diberikan Allah SWT. “Jadi ukurannya itu ikhtiar, bukan outputnya, bukan hasil akhir. Kalau sudah meninggal, jelas itu sesuatu hal yang tidak bisa dikendalikan,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan ini.
Dalam pelaksanaan haji tahun 2014, indikator dalam target yang ditetapkan Bidang Kesehatan adalah kematian jamaah tidak boleh lebih dari 2 orang pe mil (2/1.000). Dengan jumlah jamaah sebanyak 168.000 orang, kemudian dikalikan 2/1.000, maka batas angka kematian maksimal jemaah adalah 336 orang.
Fidiansyah menjelaskan bahwa tahun ini Kementerian Agama memberikan prioritaskan pada calon jamaah berusia tua senja untuk mengisi sisa kuota. “Mereka menjadi prioritas tahun ini, mau tidak mau jamaah berisiko tinggi (risti) meningkat sehingga berdampak pada profil kesehatannya dan angka kematian jamaah,” kata dia.
Namun lebih lanjut Fidiansyah menegaskan, angka kematian jamaah tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun 2011 dan 2012. Angka kematian tahun 2012 sebanyak 384 orang, dan tahun 2011 sebanyak 449 orang.
“Jadi kita harus membandingkannya secara komprehensif, tidak bisa hanya 2013. Tetap ini merupakan dampak keberhasilan, angka masih di bawah 2 per mil. Dibandingkan 2013 angka ini lebih tinggi karena kelompok risti lebih banyak. Tetapi secara proposional persentase masih di bawah target 2 per mil,” lanjut Fidiansyah, dilansir laman Kemenag.*