Hidayatullah.com– Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher Parasong menyatakan, jamaah haji Indonesia pada tahun 1440H/2019M banyak berusia lansia. Sehingga hal ini memerlukan perhatian dan penanganan risiko tinggi.
Disebutkan, terdapat lebih dari 4.200 petugas haji yang akan memberikan layanan dalam pelaksanaan ibadah haji musim ini.
Dari setiap kloter jamaah haji, ada 5 orang petugas haji yang terdiri dari satu orang dokter, dua orang perawat, ketua kloter dan pembimbing haji masing-masing satu orang.
Baca: Jamaah Haji Diimbau Jaga Kesehatan Agar Ibadah Maksimal
Dengan pembagian tugas yang matang ini, Ali menilai tidak akan ada jamaah haji yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.
“Kita harap petugas memahami tugas pokok dan fungsinya, tidak semata-mata bertugas tetapi tupoksi itulah yang kita dorong dengn sebaik-baiknya. Harus ikhlas lah, sabar lah, dan baik sangka-lah dalam menolong jamaah Haji supaya mereka mendapat jaminan perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan sebaik-baiknya dan bisa berjalan secara maksimal,” ujarnya mendampingi Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah saat melepas petugas Haji 2019 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Rabu (10/07/2019).
Baca: 60% Jamaah Haji Indonesia Lansia, Tantangan Petugas Melayani
Dari jumlah 4.200 petugas haji itu, petugas kesehatan mendominasi lebih dari 60 persen, dimana komposisi risiko tinggi setiap kloternya tidak boleh melebihi 30 persen.
“Komposisi resiko tinggi mencapai 10 persen dengan tidak boleh melebihi 30 persen tiap kloternya, karena menyangkut masalah pelayanan,” ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini pada acara yang turut dihadiri anggota Komisi VIII DPR RI Achmad Fauzan lansir Parlementaria.
Selain itu, legislator daerah pemilihan Banten ini juga mendukung pemberlakukan fast track atau layanan dini imigrasi jamaah haji dari Arab Saudi di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pada tahun ini.
Baca: 70 Ribu Jamaah Haji Indonesia Dapat Layanan Fast Track
Ia menilai, semua jamaah haji seharusnya diberikan pelayanan fast track, karena jamaah datang hanya untuk ibadah, bukan mencari pekerjaan sebagaimana kekhawatiran pihak imigrasi.
“Nanti akan kita bicarakan. Kalau bisa semua tamu (jamaah) tidak usah pemeriksaan berbelit-belit. Begitu datang langsung bisa dicek dan kalau bisa sudah dilayani imigrasinya sejak di udara, sehingga begitu datang siap berangkat. Arab Saudi tanpa jamaah haji kita akan mengalami kesulitan, bayangkan kalau Ka’bah tanpa jamaah haji dari Indonesia pasti sepi, tidak akan ramai. Oleh karena jumlahnya banyak, perlu dapat perhatian banyak juga,” sebutnya berpendapat.*