Hidayatullah.com | KEPUTUSAN Arab Saudi untuk menunda masuknya jamaah asing pasca mewabahnya virus corona (Covid-19) dapat membahayakan keuangan Saudi jika larangan itu berlangsung lama lapor TRT World, pada 27 Februari 2020.
Arab Saudi telah melarang masuknya peziarah asing ke negara itu saat dunia berupaya menahan penyebaran global Covid-19. Keputusan itu datang di saat penyakit tersebut mulai menjejakkan kaki di Eropa dan Timur Tengah, dengan Italia dan Iran yang terdampak paling parah.
Sementara Riyadh belum merilis informasi apapun tentang berapa lama larangan itu akan berlangsung. Pandemic global dapat mempengaruhi kegiatan ziarah selama Ramadhan, yang hanya beberapa bulan lagi, dan ibadah haji yang menyusul setelahnya.
Kota Makkah dan Madinah
Sementara sebagian besar kekayaan Arab Saudi berasal dari cadangan bahan bakar fosilnya, ziarah umrah dan haji oleh kaum Muslim juga merupakan kontributor yang signifikan bagi ekonominya.
Kerajaan bergantung pada pendapatan minyaknya untuk 87 persen dari anggarannya, dan industri terkait minyak menyumbang 42 persen dari PDBnya.
Haji dan umrah menambah 12 miliar dolar AS pada PDB Arab Saudi per tahun. Ini menyumbang 20 persen dari PDB non minyak dan 7 persen dari PDB totalnya.
Pada tahun Hijriyah 1439, antara tahun 2017-2018, lebih dari 6,7 juta umat Islam mengunjungi kerajaan untuk umrah. Pemerintah Saudi memiliki rencana ambisius untuk meningkatkan pendapatan dari kegiatan ziarah menjadi 150 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Kerajaan berharap bahwa para pengunjung akan bersedia membayar ribuan dolar per malam untuk tinggal di kamar suite hotel yang baru dibangun. Tentu saja dengan fasilitas pemandangan Ka’bah dalam jarak dekat.
Sekitar 42 persen dari jamaah umroh mengunjungi Arab Saudi di bulan-bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Menjadikan tiga bulan ini waktu paling populer untuk ziarah di luar bulan haji.
Keputusan Saudi untuk menunda masuknya peziarah asing bertepatan dengan tanggal 3 Rajab dalam tanggalan Islam. Selain keuntungan langsung yang dibawa oleh para peziarah, lebih dari setengah juta orang bekerja di industri pariwisata di Arab Saudi, yang sangat berorientasi pada agama.* artikel diambil dari TrtWorld