Hidayatullah.com–Myanmar semalam mengumumkan menutup sebuah kota setelah terjadi musibah bentrokan antara penduduk Muslim dan penganut Buddha yang menyebabkan korban jiwa di wilayah Mandalay.
“Baru-baru ini terjadi beberapa kekacauan di Mandalay dan beberapa kawasan lain yang melibatkan penduduk berlainan agama. Sehubungan itu, sebuah perintah penutupan atas kota Kyaukase sebagai langkah berjaga-jaga,” demikian pernyataan pemerintah junta militer yang dilansir kantor berita AFP semalam.
Radio Free Asia (RFA) mengutip saksi mata melaporkan, puluhan orang yang kebanyakan penduduk Muslim, termasuk seorang wanita yang tengah mengandung dan anaknya tewas dalam kejadian. Menurut RFA yang berpusat di Washington, saksi mata mengatakan, mereka melihat banyak mayat yang menjadi korban bentrokan itu.
“Kami melihat satu demi satu mayat yang dibawa ke rumah sakit,” kata saksi tak dikenal dan kini dirawat di RS Wad Kan Oo, Kyaukse kepada RFA.
“Sungguhpun pertama kali saya melihat tak begitu yakin, mereka akan merusak sebuah masjid yang justru letaknya di depan kantor polisi, saat saya mendapat telepon dari tetangga,” ujarnya dikutip RFA. “Keluarga kami bercerita, mereka telah menghancurkan masjid Su Gyi,” ujar pria yang tak mau disebutkan namanya ini.
Dia juga bersaksi, melihat sekurang-kurangnya 11 mayat korban yang dimasukkan ke dalam tas sebelum dikebumikan di sebuah kawasan perkuburan Islam pada tengah hari 20 Oktober lalu.
Mandalay, adalah kota terbesar kedua di Myanmar yang dikuasai mayoritas penganut Budha, sekitar 90 persen dari penduduk Myanmar yang berjumlah 52 juta jiwa. Sisanya adalah penganut Kristen and Muslim.
Hingga hari ini belum diketahui jumlah yang pasti mengenai korban kekerasan awal Ramadhan yang menimpa penduduk muslim itu.
Etnik Muslim Myanmar (dulu Burma) telah lama hidup tertindas. Rohingya, misalnya, sejak dahulu hidup tidak jelas dan terusir dari daerahnya dan menjadi pengungsi di Bangladesh, Malaysia, dan Thailand.
Sejak junta militer Myanmar mengambil alih kekuasaan tahun 1962, muslimin Rohingya dan beberapa komunitas lainnya mendapat perlakuan tidak adil di negerinya sendiri. Mereka dikejar-kejar dan dibatasi gerak-geriknya. Pengajaran agama Islam sama sekali tak diizinkan. Satu-satunya agama yang diizinkan hanyalah Budha. (afp/cha/sym)