Hidayatullah.com–Dalam sebuah upacara yang direncanakan dilakukan besuk pagi, Badawi akan menjadi Perdana Menteri ke 5 Malaysia sejak negara tersebut mendapatkan kemerdekaan dari Inggris. Ia juga akan menghadapi tantangan berat dari partai oposisi dalam pemilu yang akan berlangsung setahun mendatang. Partai oposisi, PAS, merupakan Partai Islam yang pendukungnya di Malaysia.
Upacara pelantikan dan serah terima jabatan Perdana Menteri akan berlangsung di Istana kerajaan dihadapan raja, para menteri dan anggota keluarga.
Upacara pelantikan tersebut merupakan perubahan kepemimpinan Malaysia untuk pertama kalinya dalam satu generasi. Peristiwa ini akan disiarkan secara langsung melalui televisi dan radio.
Mahatir mendapat pujian menjadikan Malaysia sebagai sebuah yang modern dan demokrasi, namun banyak kalangan mengkritik ia adalah juga seorang otokrat yang membatasi kebebasan berbicara.
Mahathir yang hadir buat kali terakhir di Dewan Rakyat sebagai Perdana Menteri berkata, orang Islam yang tinggal di negara ini merupakan golongan Ahli Sunnah Wal Jamaah dan seharusnya bersatu padu.
“Tidak patut ada perbedaan di antara orang Islam di negara ini karena soal agama tidak boleh dipertikaikan serta tidak perlu dijadikan satu isu, “ujarnya seperti dikutip Utusan Melayu.
Tolak Anggapan ISA
Dalam pidatonya, Mahathir Mohamad juga menyinggung masalah undang-undang keselamatan negara (ISA) yang selama ini dituhkan banyak sebagai cara untuk mengekalkan kekuasaan.
Katanya, Malaysia mengamalkan sistem demokrasi di mana pemerintahan dipilih melalui proses pilihan umum dimana partai yang menang akan memerintah.
“Saya tidak melihat bagaimana saya dapat mengekalkan kekuasaan secara pribadi melainkan kalau rakyat memilih saya ataupun pilih pemerintahan,” katanya dalam suatu pertemu eksklusif bersama penerbit bahaian Keselamatan Negara, Buletin Malaysia kemarin.
Menurut Mahathir tuduhan tersebut adalah tidak adil sama sekali karena selama tiga tahun pertama dirinya menjadi Perdana Menteri lebih 600 orang tahanan dibebaskan tanpa syarat.
“Kita bebaskan mereka dan tidak ada sekatan dikenakan terhadap kebebasan mereka selepas itu,” katanya lagi.
Mahathir menjadi pemimpin Asia paling dihormati setelah Soekarno. Meski kebijakan luar negerinya yang sangat berani melawan kekuasaan Barat, di dalam negeri sendiri, Mahathir sangat diskriminatif terhadap gerakan Islam. Salah satunya, melalui ISA, ia menahan Dr. Anwar Ibrahim dengan tuduhan amat kejam, melakukan kegiatan seks. (abcn/um/cha)