Hidayatullah.com–Gary Sjah, warga Indonesia yang bekerja sebagai konsultan teknologi informasi sebuah perusahaan di sana, mengisahkan untuk Anda.
Perkembangan Islam di Kanada cukup menggembirakan. Salah satu indikasinya, jumlah muhtadin (orang yang mendapat hidayah, menjadi Muslim) terus bertambah. Begitu yang saya lihat selama tinggal di Toronto sejak 5 tahun lalu. Sungguh di luar dugaan, pertambahan itu semakin pesat pasca peristiwa hancurnya gedung WTC, 11 September 2001. Semua orang tahu, peristiwa itu berimbas pada jatuhnya korban kaum Muslimin di berbagai belahan dunia. Namun rupanya Allah Subhanahu wa Ta’ala punya rencana lain. Peristiwa tersebut justru kemudian membawa hikmah besar bagi dakwah Islam di benua Amerika bagian Utara ini.
Sesaat setelah peristiwa itu, media massa di Kanada terus-menerus memberitakan kejelekan Islam. Hampir tiap hari mereka menampilkan berita-berita miring tentang Islam dan kaum Muslimin. Citra Islam benar-benar buruk dibuatnya. Islam dikesankan sebagai agama yang mengajarkan kekerasan dan terorisme. Namun justru itulah yang membuat sebagian masyarakat Toronto penasaran dengan Islam.
Warga Kanada tak gampang terpengaruh dengan bujuk rayu media massa. Maklum, tingkat pendidikan mereka rata-rata cukup tinggi. Setiap ada pemberitaan, mereka akan berusaha memeriksa kebenarannya (check and recheck). Di antaranya dengan mendatangi lembaga-lembaga dakwah Islam, masjid, dan keluarga Muslim untuk bertanya berbagai hal tentang Islam.
Fenomena itu benar-benar di luar dugaan. Sempat muncul kekhawatiran juga, manakala ada orang setempat mendatangi kami. Namun ternyata mereka benar-benar ingin belajar Islam. Lebih menggembirakan lagi, mereka ternyata respek terhadap ummat Islam karena terbukti sikap dan perilakunya tidak seperti yang digambarkan oleh media massa.
Peluang itu tak disia-siakan. Para takmir, muballigh, dan kaum Muslimin berusaha memberi penjelasan sebaik mungkin. Begitu banyaknya pertanyaan sampai-sampai kami keteteran menjawabnya. Al-Quran dan berbagai bacaan keislaman yang dibagikan secara cuma-cuma oleh masjid habis tersebar.
Potensi Besar
Ternyata masyarakat di Toronto khususnya dan Kanada umumnya cukup potensial untuk menerima dakwah, seperti terlihat dari banyaknya mereka yang kemudian masuk Islam. Dakwah Islam semakin semarak.
Jumlah kaum Muslimin di sini sekitar 700 ribu jiwa. Sebagian besar adalah para imigran. Dengan masuknya penduduk asli ke dalam agama Islam, berarti semakin memperkokoh posisi ummat Islam di negara yang jumlah penduduknya sekitar 30 juta jiwa ini.
Komunitas Muslim sendiri selama ini cukup kompak melakukan ritual dan aktivitas keagamaan, misalnya shalat berjamaah dan pengajian bersama. Aktivitas kolektif tidak sulit dilakukan di sini. Di tempat tinggal saya, Mississiauga, yang penduduknya sekitar 650 ribu jiwa, masjidnya ada delapan buah, besar dan kecil.
Lembaga-lembaga dakwah jumlahnya cukup banyak. Misalnya Albanian Muslim Society, Canadian Turkish Islamic Centre, Islamic Foundation of Toronto, Bosnian Community Mosque, Bosnian Islamic Centre, Da’wah Centre, Faith Mosque, dan masih banyak yang lain. Khusus kaum Muslimin dari Indonesia, tergabung dalam Masyarakat Islam Indonesia Toronto (MIIT). Kami selalu mengadakan pengajian setiap Sabtu pekan setiap bulannya.
Sejauh ini, semua berjalan tanpa kendala. Memang masa-masa setelah Peristiwa WTC sempat muncul ketegangan. Pernah ada sekelompok orang yang ingin memanfaatkan momen itu untuk menyerang Islam, misalnya membakar masjid dan mengganggu para Muslimah. Alhamdulillah, itu tak berlangsung lama. Masyarakat Toronto memang sudah terbiasa dengan hubungan antarpersonal maupun komunitas yang terbuka. Mereka cukup mudah menerima berbagai bentuk perbedaan.
Berbagai Kemudahan
Di Mississiauga tidak sulit mencari makanan halal. Kaum Muslimin cukup banyak dan solidaritasnya kuat.
Sekolah Islam juga gampang dijumpai. Kalangan orangtua tak perlu khawatir dengan pendidikan anak-anaknya. Hampir setiap masjid besar memiliki lembaga pendidikan Islam. Jenjangnya mulai dari tingkat SD sampai SMU. Karena lembaga ini sifatnya swasta dan harus bayar pajak, murid-muridnya dikenakan biaya. Kalau di sekolah negeri, gratis.
Anak saya yang pertama, Syifa, sebelumnya sekolah di SD Islam sampai kelas dua. Sayang, kondisi ruangan sekolahnya agak pengap dan kebanyakan murid, padahal ia alergi dengan ruangan yang pengap. Saya terpaksa memindahkan ke sekolah umum. Dia menjadi satu-satunya siswi berjilbab di sekolah itu. Ia sekarang berada di kelas IV.
Tentu saja, di sekolahnya ia tak banyak mendapat pendidikan agama. Oleh karena itu, kami berusaha memenuhinya di rumah. Kami sadar, Kanada berbeda dengan Indonesia. Sebelum dewasa, mereka harus dibekali pendidikan agama sebaik mungkin.
Dalam hal pergaulan, masyarakat Toronto sangat memperhatikan sopan santun dan hubungan baik. Contohnya, kami pernah menghadiahkan cinderamata kepada guru lama anak kami saat kenaikan kelas. Mereka sungguh gembira. Tidak cuma berterima kasih kepada anak saya, namun juga kepada segenap keluarga saya.
Makanya saya sering berpikir, melihat budaya dan karakter semacam itu, mereka sebenarnya bisa menjadi lahan dakwah yang subur. Mereka akan mudah tertarik dengan teladan dan contoh konkret, yang mencerminkan nilai-nilai keislaman. Atas kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagian besar kaum Muslimin berada dalam status sosial menengah. Jadi sudah cukup mempunyai rasa percaya diri yang tinggi. Banyak di antaranya bekerja sebagai dokter, insinyur, atau karyawan perusahaan.
Tokoh Muslim
Saya yakin, dakwah Islam akan terus berkembang. Semakin hari peran ummat Islam semakin nampak, di bidang sosial bahkan politik. Salah satu buktinya, di tingkat federal, kaum Muslimin memiliki lima orang wakil di parlemen. Lebih menggembirakan lagi, pada pemilu lalu ada anggota parlemen Toronto yang beragama Islam. Dia asli penduduk Toronto alias Muslim kulit putih. Sistem politik di Kanada sangat memungkinkan kaum Muslimin untuk banyak berkiprah. Meskipun negara bekas koloni Inggris ini sekuler, namun semua warga mempunyai hak yang sama. Siapa saja bisa mendaftar jadi anggota parlemen asalkan mendapat dukungan dari partai. Tokoh-tokoh Muslim kini banyak yang jadi elite politik. Misalnya Shafiq Qaadri (40), salah seorang pemimpin Partai Liberal. Ia kelahiran Pakistan yang sangat populer. Selain dikenal sebagai dokter yang cukup kondang di Toronto, ia dikenal sebagai pelayan advokasi kesehatan dan pendidikan. Juga menjadi komentator kesehatan di beberapa surat kabar, radio, dan televisi hingga keluar wilayah Kanada.
Secara rutin Qaadri mengisi atau menulis di CTV/BellGlobeMedia, CanWest Global, Persekutuan Atlantis, CBC, CityTV, CJOB Radio Winnipeg, CKNW Radio Vancouver, dan Roger Media. Qaadri juga menjadi salah satu pendukung medis pada The Globe dan Mail. Rutin pula menulis kolom bulanan untuk para dokter di The Medical Post. Kini posisi kaum Muslimin di Kanada makin terhormat. Ini didukung oleh kebijakan pemerintah setempat yang memang sukup adil. Semua warganya dilindungi dengan optimal, apapun status sosial dan agamanya. Apabila ada Muslimah yang mendapat perlakuan diskriminasi karena memakai hijab di tempat kerja misalnya, si pelaku diskriminasi bisa dituntut secara hukum. Tidak pandang bulu. Subhanallah! * (Jumari, Bahrul Ulum/Hidayatullah)