Hidayatullah.com–Sudah hampir enam hari ini pasukan Israel dengan peralatan tempurnya canggih menyerang permukiman Palestina. Kemarin, helikopter-helikopter Israel menyerang markas mujahidin di utara Jalur Gaza. Akibatnya, lima pejuang Palestina tewas.
Kepala Militer Israel Jenderal Moshe Yaalon bahkan mengancam, serangan tersebut akan terus berlangsung selama berminggu-minggu. “Pasukan kami tidak hanya siap beroperasi beberapa hari, tapi berminggu-minggu. Dalam perang melawan terorisme, satu operasi tidak menyelesaikan masalah. Butuh beberapa kali operasi. Kami akan melanjutkannya selama yang diperlukan,” kata Yaalon pada radio militer.
Perdana Menteri Israel Ariel Sharon juga menegaskan hal serupa. Sharon mengatakan, operasi tetap dilaksanakan selama bahaya mengancam. Mengingat, Palestina makin gencar meluncurkan roket ke kota-kota Israel.
Rencana penarikan Sharon pun tidak akan dilaksanakan selama militan garis keras terus menyerang. “Kami tidak akan pergi di bawah ancaman tembakan,” kata panasihat Sharon Raanan Gissin.
Serangan Israel ini merupakan serangan terdahsyat sejak perlawanan Palestina atas pendudukan Israel empat tahun lalu. Sebelumnya, korban tewas 40 orang. Hal tersebut terjadi saat operasi Israel Mei lalu di selatan Rafah, Gaza. Serangan itu menghancurkan terowongan yang digunakan dalam penyeludupan senjata.
Situasi Palestina terus dikabarkan semakin gawat yang kemudian memaksa kabinet Palestina mengumumkan keadaan darurat.
Tindakan Israel bahnya amat tidak berperikemanusiaan. Hari Ahad (2/10) kemarin, pihak Israel memutuskan saluran air yang biasa digunakan warga Palestina untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Dengan cara membuldoser, Israel menghancurkan saluran air utama yang mendistribusikan air ke seluruh kota Derbalah, dari dekat permukiman Israel “Kafr Darum”, dekat kota tersebut. Akibatnya, sebanyak 50.000 warga Palestina kehilangan air bersih.
Saksi mata menyebutkan, buldoser Israel seperti biasa tersebar pada malam hari untuk merusak dan menghancurkan saluran air utama dan penampungan air milik pemerintah setempat yang terletak di sebelah timur kota.
Meski tindakan Israel itu adalah jenis terorisme dan kejahatan pelanggaran HAM berat, tak ada satu tokoh duniapun yang mengecamnya sebagai bentuk terorisme, termasuk Amerika Serikat. (ap/ip/cha)