Hidayatullah.com—Pemilu parlemen Uni Eropa rawan “fake news” dan serangan siber. UE menyeru agar perusahaan-perusahaan pengelola media sosial dan negara anggotanya bekerja keras memerangi manipulasi suara.
Julian King, komisioner Eropa untuk Security Union, menyeru kepada seluruh negara anggota Uni Eropa agar menanggapi serius potensi gangguan yang akan merecoki proses pemilihan umum di Eropa yang akan digelar tahun depan.
“Seluruh negara anggota harus menanggapi serius ancaman-ancaman terhadap proses dan institusi demokrasi yang muncul dari serangan siber dan informasi sesat, dan hendaknya memiliki rencana nasional guna menanggulanginya,” kata King kepada kelompok media Jerman Funke, seperti dilansir DW Rabu (1/8/2018).
“Kita harus mencegah aktor-aktor negara dan non-negara yang berusaha mengusik sistem demokrasi kita dan melakukan ini [serangan siber dan berita palsu] terhadap kita,” imbuh King. Menurutnya, manipulasi yang dilakukan para peretas, yang berusaha mengacaukan proses pemilu dengan menarget internet dan menyebarkan berita palsu, dapat berakibat sangat buruk.
Pemilu untuk memilih anggota Parlemen Eropa akan digelar 10 bulan mendatang. Para pakar khawatir muncul banyak gangguan dalam proses pemilu itu, sebab skalanya sangat besar yaitu mencakup 27 negara dan diselenggarakan serentak. Di samping itu, masih banyak rakyat negara anggota Uni Eropa yang tidak terlalu paham dan familiar dengan kebijakan-kebijakan Uni Eropa, sehingga mereka rentan dijejali informasi atau berita palsu.
Selain meminta agar setiap negara memiliki rencana dan bersiap menghadapi beragam gangguan pemilu, King juga menyeru agar perusahaan online semacam Facebook dan YouTube ikut bertanggung jawab, misalnya dengan mengenyahkan berita palsu dari platform mereka.*