Hidayatullah.com–Merasa dikecewakan oleh image negatif media massa AS, sejumlah warga Muslim Amerika mencoba untuk menandai penghujung bulan Ramadhan ini dengan pembuatan film animasi berdurasi panjang berjudul “Muhammad: The last Prophet”. Film yang direncanakan akan diputar pada November nanti bersamaan dengan momentum ‘Idul Fitri.
“Ini bukan masalah bagaimana bisa menhasilkan box office, tetapi masalahnya adalah berapa banyak manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh oleh masyarakat dari film tersebut”, kata Oussama Jammal, pemilik perusahaan produksi animasi yang memegang hak distribusi di wilayah Amerika Utara.
Fine Media Group, nama perusahaan milik Jammal, harus menyewa gedung film dan menjual tiket di web-sitenya, finemediagroup.com, setelah beberapa gedung film menolak idenya.
“Bagi kami, ini untuk meredakan isu kecemasan tentang Islam dan Muslim di negara ini”, kata Jammal.
Banyak warga Muslim AS berharap film “Muhammad” ini akan meluruskan pemahaman agama mereka ditengah-tengah masyarakat Amerika yang lebih luas. Sebuah penelitian terbaru yang dibuat oleh Washington, D.C, seperti dikutip CAIR (Council on American-Islamic Relations), mengungkapkan bahwa 25 % warga AS mempercayai isu stereotipe yang menyudutkan Muslim. Dalam sebuah laporan yang terpisah, hasil penelitian itu menyatakan bahwa image negatif tentang Muslim di berbagai media dan kebudayaan lebih banyak dibanding citra Islam yang positif di negara itu.
“Saya berharap film ini akan ditonton oleh masyarakat luas, komunitas Muslim dan non-Muslim, karena mempelajari kehidupan Muhammad amatlah penting supaya kita bisa memahami sungguh-sungguh bagaimanakah Islam itu,” Kata Muhammad Qadir, Direktur masyarakat Islam Florida untuk perdamaian (IFCSCP).
“Inilah kali pertama kita mempunyai film yang benar-benar positif sehingga kita layak berbangga diri dan menyarankan orang untuk melihatnya,” kata Areej Zufari, anggota IFCSCO. “Kami sedang mengundang sejumlah rekan-rekan non-Muslim untuk turut menonton film itu”.
Serentak
Film Muhammad: The Last Prophet akan ditayangkan di sekitar 40 negara bagian di Amerika dan juga di kota-kota negara Kanada pada minggu ke-3, tanggal 14-18 november.
Film “Muhammad” disutradarai oleh veteran Disney, Richard Rich. Sebelum disetujui, film ini telah melalui beberapa tahapan studi pembuatan, diantaranya di Universitas California, di Los Angeles, Universitas Georgetown dan di Akademi Penelitian Islam di Al Azhar. Mesir, dengan memakan waktu lebih dari dua tahun.
Bagian tersulit yang menjadi tantangan bagi Rich dalam film ini adalah kendala artistik. Masalahnya, Islam melarang ilustrasi visual figur Muhammad. Maka sebagaimana laiknya film-film action lainnya, kendala itu disiasati dengan menggambarkan aksi melalui sudut pandang Nabi Muhammad . Dalam film itu, Muhammad mengekspresikan rasa hormatnya kepada figur-figur yang sering muncul dalam Bibel, seperti Musa, Ibrahim dan Isa.
Para pendukung film ini mengatakan, kemungkinan film ini akan segera ditayangkan di sekitar 37 negara bagian, di mana jumlah penonton Muslimnya cukup banyak. Tetapi mereka berharap warga non-Muslim pun juga akan datang menontonnya.
“Kita benar-benar hidup di tengah-tengah masyarakat kapitalis”, kata Zufari, “Kita berharap semoga film ini akan menunjukkan nilai-nilai yang positif, film edukatif tentang Muslim ini akan terjual, lalu menghasilkan uang, karena sejauh ini kita hanya melihat potret Muslim di Hollywood dalam kesan yang amat negatif”. (mol/ahmad rizal/cha)