Rabu, 18 Agustus 2005
Hidayatullah.com– Presiden Mesir Husni Mubarak nampaknya masih suka berkuasa. Beberapa hari lalu Presiden Mesir itu mulai berkampenye dengan menunjukkan program kerjanya melalui iklan di koran lokal. Husni harus bersaing dengan sembilan calon. Anehnya partai Islam Al-Ikwan al-Muslimun dilarang mencalonkan diri.
Kampanye pemilihan presiden di Mesir mulai digelar, Rabu (17/8). Sembilan calon presiden termasuk Husni Mubarak bertarung memperebutkan suara selama tiga pekan. Dari seluruh calon, cuma Mubarak satu-satunya kandidat yang mengkampanyekan diri lewat iklan komersial.
Presiden yang berkuasa sejak 1981 itu memasang program kerjanya satu halaman penuh dalam koran lokal.
Pesaing terkuat Mubarak adalah seorang pengacara muda bernama Ayman Nur dan Nouman Ghoma`a dari Partai Liberal Ghad.
Kandidat kuat untuk menyaingi Mubarak adalah Ayman Nur, seorang pengacara muda dan Nouman Ghoma`a. Ayman Nur disokong Partai Liberal Ghad sedangkan Nouman Ghoma`a dari Partai Wafd. Partai ini pernah mendominasi peta politik Mesir sebelum tentara menumbangkan sistem monarki pada 1952.
Pemilihan kepala negara di Mesir yang akan dilaksanakan pada 7 September mendatang dinilai paling kompetitif.
Selama dua dasawarsa, Mesir selalu mengetengahkan calon tunggal, yaitu Husni Mubarak.
Mubarak selalu melarang partai Islam Al-Ikwan al-Muslimun untuk tampil. Perilaku Mubarak ini mirip saat mantan Presiden Soeharto berkuasa yang hanya menjadikan partai-partai Islam sekedar simbol pelengkap.
Sikap Mubarak ini sebenarnya telah memunculkan rasa muak di masyarakat. Di Kairo, telah beberapa terjadi unjuk rasa menentang pencalonan kembali dirinya.
Bulan Juli lalu, unjuk rasa menentang Mubarak berujung keributan. Insiden terjadi kala polisi menghadang aksi gerakan warga Mesir untuk perubahan atau dikenal Kifaya.
Rakyat Mesir menolak Mubarak mencalonkan diri untuk kelima kalinya pada pemilihan umum karena akan merusak proses demokrasi. Apalagi, pemilu pada 7 September mendatang adalah hajat pertama paling demokratis di negeri itu karena calonnya lebih dari satu.
Namun bisakah Mubarak melepas begitu saja kekuasaan yang telah lama ia peluk erat itu? (cha, berbagai sumber)