Hidayatullah.com–Departemen Pendidikan Irak menyatakan bahwa mereka tidak memiliki data statistik yang akurat mengenai persentase penduduk buta huruf di negaranya. Meski demikian, pemerintah berharap data yang pernah diumumkan oleh organisasi yang dinaungi PBB itu benar. Demikian dilansir Al-Arabiya.net (15/9).
Seperti yang dilaporkan surat kabar Al-Hayah, London, seperlima dari penduduk Iraq yang berumur antara 10 sampai 49 tahun, tidak bisa membaca dan menulis. Sedangkan menurut data milik PBB, persentase rakyat Iraq yang buta huruf sebesar 24%.
Menurut juru bicara kementerian, Walid Hassan mengatakan bahwa keadaan yang menimpa negara saat ini, termasuk kekerasan yang masih berlangsung, merupakan penyebab buta huruf yang luas di kalangan rakyat Iraq.
Ia menambahkan, kementerian telah menentukan peraturan untuk memberantas fenomena berbahaya yang telah menyebar dalam masyarakat Iraq selama dua dekade terakhir. Selain itu, kementerian juga telah membentuk badan tinggi untuk urusan buta huruf, yang diketuai oleh Menteri Pendidikan dan dibantu beberapa departemen lainnya.
Para ahli menilai, masalah buta huruf ini perlu dikembalikan kepada Undang-undang Wajib Belajar yang salah satu isinya adalah mengatur sanksi terhadap keluarga yang tidak menyekolahkan anaknya.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat persentase buta huruf antar propinsi.
Adapun perkara penting yang dihadapi dalam permasalahan buta huruf ini adalah tidak adanya strategi pendidikan nasional yang komprehensif, terbatasnya kapasitas kelembagaan, kurangnya dana yang memadai untuk program pendidikan, serta kurangnya koordinasi antara komponen-komponen penting yang meliputi pemerintah, masyarakat sipil dan sektor swasta.
“Kampanye pemberantasan buta huruf harus diseimbangi dengan pendanaan yang khusus,” ujar juru bicara Departemen Pendidikan. [sdz/aby/hidayatullah.com]