Hidayatullah.com–Para pengungsi Iraq di Suriah mengkritik kinerja Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi dan Program Pangan Dunia. Kualitas bantuan yang diberikan sangat rendah, serta adanya penundaan pengadaan pemukiman untuk mereka, jika dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara tetangga. Demikian dilansir Middle East Online (9/12).
Ratusan pengungsi berkumpul di salah satu pusat pendistribusian bantuan, untuk mengekspresikan protes mereka terhadap kinerja badan PBB tersebut.
Oshana (49 tahun), salah satu pengungsi yang memasuki Suriah sejak 2004 lalu menceritakan bahwa pada tahun 2009, ia dijanjikan akan disediakan pemukiman dan akan dibawa ke Jerman. Namun setelah ia berusaha menindaklanjuti iming-iming manis itu beberapa kali di markas UNHCR, alasan yang bermacam-macam saja yang diterimanya.
“Janji ini berlaku bagi banyak orang,” tambahnya lagi.
Muhammad Yusuf (45 tahun) mengatakan, “Tidak ada orang Irak yang ingin kembali ke Irak dengan kondisi seperti ini. Saya juga memiliki teman (pengungsi) yang ada di Mesir, Turki, Yordania dan Libanon, namun kondisi mereka berbeda. Dan yang menjadi masalah bukan pada negaranya, namun pada pekerja organisasi PBB.”
Para pengungsi lain juga banyak yang komplain dengan bentuan yang diberikan kepada mereka.
Suriah memperkirakan jumlah mengungsi Irak yang ada di negaranya sekitar 1,25 juta jiwa. Sedangkan yang terdaftar di Komisi Tinggi PBB sampai dengan akhir Oktober lalu, hanya 139.586 jiwa.
Pada bulan Juli 2010 lalu, Suriah telah menandatangani proyek bantuan darurat untuk pengungsi Irak yang ada di negaranya dengan dana sebesar 32 juta dolar.
Menurut Biro Pusat Statistik Suriah, sekitar 52,1 % pengungsi Iraq sudah putus asa. Sementara itu 37,8 % terkena dampak cepat menangis, 25,4 % mudah panik, dan 7,8 % lainnya berpikir untuk bunuh diri. [sdz/meo/hidayatullah.com]