Hidayatullah.com–Pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei, Minggu (20/2), dalam satu konferensi internasional mengenai Islam, menyeru kalangan Muslim di seluruh penjuru dunia agar “menghilangkan” Amerika Serikat dari dunia Islam.
“Masalah utama di dunia Muslim adalah kehadiran Amerika Serikat. Itu adalah masalah terbesar. Kita perlu menangani ini,” kata Imam Khamenei di hadapan tokoh agama Islam dari faham Syiah dan Sunni di Teheran.
“Perlu untuk menghilangkan Amerika Serikat dari dunia Islam,” kata imam tangguh dan panglima militer di Republik Islam itu. Ditambahkannya, musuh bebuyutan negara Islam tersebut saat ini lemah.
Khamenei mendesak umat Islam di seluruh dunia agar melestarikan “gerakan rakyat di Mesir” dan mengatakan tugas rakyat dan itu adalah tugas utusan bangsa Arab serta seluruh masyarakat Islam. Ia kembali mengatakan revolusi Arab adalah Islami tapi harus terpadu.
“Semua musuh berusaha mengatakan gerakan rakyat di Mesir, Tunisia dan negara lain tak Islami, tapi tentu saja semua gerakan rakyat ini Islami dan harus terpadu,” katanya. Khamenei juga berkeras bahwa persekongkolan musuh untuk menciptakan perbedaan antara Sunni dan Syiah harus dihadapi.
Pada 4 Februari, dalam khutbah Jumatnya, Imam Khamenei menyerukan didirikannya satu rejim Islam di Mesir, satu pekan sebelum orang kuat negeri itu Hosni Mubarak didepak. Para pejabat Iran menyampaikan dukungan buat revolusi di negara paling padat di dunia Arab tersebut.
Sementara, warga negara Arab di seluruh Timur Tengah merayakan kejatuhan Presiden Hosni Mubarak, Jumat (10/2). Mereka memuji daya tahan demonstran Mesir dan berharap protes mereka bagi perubahan akan bergema ke seluruh Timur Tengah. Protes terhadap rejim yang berkuasa di dunia Arab berlanjut ke Yaman dan Libya.
Di bagian lain, menjelang akhir pekan lalu terungkap bahwa Colin Powell telah dibohongi dan dimanipulasi agar mendukung invasi Amerika Serikat ke Irak. Mantan Menteri Luar Negeri AS tersebut sengaja tidak diberi tahu bahwa informasi yang dipergunakan dalam pidato terkenalnya untuk membenarkan serbuan ke Irak adalah informasi palsu, demikian kata seorang mantan koleganya.
Pemerintahan George W Bush justru memanfaatkan reputasi baik Powell untuk memberikan kredibilitas yang amat dibutuhkan dalam serangan itu. Klaim tersebut disampaikan oleh Lawrence Wilkinson, mantan kepala staf Powell dalam sebuah wawancara yang dibumbui kemarahan.
Wilkinson membuka mulut setelah sumber utama yang dijadikan dasar laporan Powell untuk menginvasi Irak yang dipresentasikan di hadapan Dewan Keamanan PBB Februari 2003 lalu mengakui bahwa dirinya berbohong.
Rafid Ahmed Alwan al-Janabi yang diberi nama sandi “Curveball” oleh CIA sebelumnya mengaku bahwa dia membiarkan imajinasinya bergerak liar dengan klaim mengenai Saddam Hussein dan dirinya berbohong demi menggulingkan rezim Saddam.
Saat ia melihat Powell menyampaikan informasi palsu itu kepada PBB, ia merasa terkejut. Dalam wawancara dengan televisi AS, NBC, Wilkinson mengaku tidak percaya bahwa saat Powell berpidato, beberapa bulan sebelum invasi, ia tahu yang sebenarnya.
“Saya tidak mendengar satu kata pun bernada keraguan bahwa kami mendapat informasi dari empat sumber terpisah yang membuktikan adanya laboratorium senjata biologi,” katanya. “Yang saya temukan sesudahnya membuat saya sangat marah,” tambahnya.
“Saya tidak bisa menarik kesimpulan lain kecuali kami telah dibohongi, khususnya saat saya mengetahui bahwa tidak ada orang AS yang hadir saat Curveball diinterogasi,” katanya lebih lanjut. “Saya amat ragu. Saya rasa ada manipulasi terhadap materi ini dan dicampur dengan kebohongan,” ungkap Wilkinson.
Saat ditanya apakah kantor mantan Wakil Presiden Dick Cheney memanipulasi Powell agar menyampaikan pidato, ia menjawab, “Pastinya. Pasti begitu.” Ia menambahkan, Colin Powell memiliki kredibilitas yang tidak dipunyai tokoh lain karena dia adalah seorang yang meragukan perang dan dikelilingi oleh orang-orang yang haus perang. “Mereka (pemerintahan Bush) memanfaatkannya (Powell),” tandas Wilkinson.
Powell pernah mengatakan dirinya ingin tahu mengapa keraguan mengenai Curveball tidak dikemukakan sebelum ia menyampaikan pidato yang dianggap sebagai salah satu faktor penting untuk membujuk negara-negara lain agar mendukung invasi ke Irak.
Tapi, Wilkinson mengatakan bahwa meskipun Powell mengetahui kebohongan itu, pada akhirnya semua tidak akan jauh berbeda. “Meski tidak ada Curveball sekalipun, kami masih akan pergi berperang karena George W Bush dan Dick Cheney memang ingin melakukannya,” pungkasnya.*