Hidayatullah.com— Gerakan perlawanan Hamas Palestina mengecam keras ulah Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifah yang telah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri ‘Israel’, dan menggambarkan pertemuan itu sebagai “pengkhianatan” atas perjuangan rakyat Palestina.
“Keakraban Menlu Bahrain dengan rekannya dari rezim penjajah (‘Israel’) mencerminkan keterlibatan beberapa rezim Arab dalam Zionisme,” Juru Bicara Hamas Sami Abu Zuhri menulis dalam sebuah posting yang diterbitkan di halaman Twitter resminya hari Jumat.
Hari Rabu, Menlu Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifah yang bertemu dengan mitranya, Menteri Luar Negeri ‘Israel’, Israel Katz di Amerika Serikat, di sela-sela konferensi Advance Religious Freedom hari Rabu.
“Saya bertemu secara terbuka dengan menteri luar negeri Bahrain,” dan menambahkan ia “akan terus bekerja dengan @IsraeliPM untuk memajukan hubungan ‘Israel’ dengan negara-negara Teluk,” tulis Katz melalui ciutan di twitter.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan kementerian luar negeri ‘Israel’, pertemuan itu ‘disiapkan dari balik layar’ pihak Departemen Luar Negeri AS sebagai bagian dari konferensi kebebasan beragama yang diselenggarakan di Washington oleh Menlu AS Mike Pompeo.
Pertemuan datang di tengah meningkatnya usaha normalisasi Arab dengan ‘Israel’ dan peningkatan hubungan secara bertahap terkait dengan perdagangan, energi, intelijen, dan teknologi.
Kelompok oposisi utama Bahrain juga mengutuk pertemuan itu sebagai hal “memalukan” dan “dosa yang tidak termaafkan,” menambahkan bahwa rezim Manama “tidak lagi memiliki legitimasi.”
Mayoritas negara-negara Arab tidak mengakui negara Yahudi dan secara terbuka menentang pendudukan Palestina, dengan Jordania dan Mesir menjadi satu-satunya pengecualian.
Terlepas dari kebijakan resmi mereka, selama beberapa tahun terakhir telah muncul banyak pertemuan rahasia antara pejabat ‘Israel’ dan orang-orang dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), khususnya.
Laporan kunjungan rahasia ke ‘Israel’ dilakukan oleh anggota monarki Teluk, termasuk Putra Mahkota Saudi Mohamad Bin Salman (MBS).
UEA juga baru-baru ini diketahui memiliki hubungan rahasia selama dua dekade dengan negara penjajah itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada bulan Juni, sebuah konferensi diadakan di ibu kota Bahrain, Manama, di mana aspek-aspek ekonomi dari perjanjian damai buatan AS untuk wilayah yang dijuluki “Kesepakatan Abad Ini” disajikan kepada audiensi para jurnalis, pengusaha, dan beberapa negara Arab.
Arab Saudi, UEA, Maroko, Jordania, dan Mesir termasuk di antara mereka yang menghadiri lokakarya.
Namun Otoritas Palestina (PA), bersama dengan Kuwait, memboikot pertemuan itu dan menuduh ‘Kesepakatan Abad Ini’ buatan Amerika itu mengabaikan penjajahan dan pendudukan ‘Israel’ di wilayah Palestina.
Jajak pendapat baru-baru ini mengungkapkan sekitar 80 persen warga Palestina merasa dikhianati oleh tetangga Arab mereka.*