Hidayatullah.com–Pada hari Jumat pagi jam 7 waktu Libya, kami menuju bandara. Bersama 203 karyawan WIKA, masyarakat Indonesia, 18 mahasiswa (ada sekitar 253 WNI), kami berdesak-desakan dengan ribuan orang.
Hari itu, bandara penuh sesak sampai halaman dan taman-taman terbuka di luar bandara. Sementara itu, tentara mengatur para warga asing. Tak sedikit pentungan dan letusan peluru kosong digunakan menghalau orang-orang. Alhamdulillah kami WNI tidak diperlakukan secara kasar, hanya saja kami harus berjuang berdesak-desakan dengan ribuan orang.
Dari Jumat jam 10 pagi hingga jam 18 malam kami baru bisa chek in. Setelah itu kami menuju di ruang tungu sampai hari Sabtu berikutnya jam 18.00. Karena pesawat carteran Tunisia belum mendarat, Sabtu malam kami disuruh boarding dengan kondisi berdesak-desakkan di mana hanya melewati satu pintu.
Calon penumpang pun harus menunggu lagi di ruang boarding hampir kurang lebih 4 jam. Karena menurut informasi dari pihak Tunis Air, pesawat sedang diperbaiaki karena ada beberapa error. Tepat pukul 24.00, hari Ahad, rombongan WNI dan mahasiwa take-off setelah hampir 40 jam berada bandara bersama ribuan orang asing.
Ribuan orang asing yang eksodus besar-besaran itu antara lain berasal dari Mesir, Al-jazair, Turki, Maroko, China, Suriah, Afrika, Kanada dan sebagian Erpoa. Diperkirakan orang yang ikut antri di bandara puluhan ribu dengan kondisi bandara yang sangat sempit dan logistik sangat terbatas.
Sebagian besar dari mahasiswa tidak membawa apa-apa, karena hanya diminta membawa barang maksimal 7 KG. Bahkan sesampai di bandara Tripoli, hp, laptop, hardisk tidak boleh keluar atau akan diambi oleh petugas bandara. Akhirnya laptop , hp dan alat-alat elektronik lain ditititipkan di KBRI Tripoli.
Alhamdulillah setelah satu jam di udara kami mendarat di bandara Tunis. Rombo ngan disambut ramah Tim Evakusi Pemerintah RI yang dipimpin Bapak Temu Alam bersama rombongan KBRI Tunis dan Tim evakusi dari PT Wijaya Karya.
Rombongan dijamu di Wisma KBRI Tunis oleh Dubes RI untuk Tunisia, Muhammad Ibnu Said, para mahasiwa yang tinggal di KBRI Tunis, dan WNI lainnya yang telah disiapkan oleh Tim Evakusi.
Info sementara, rombongan akan tinggal di Tunis selama 3 minggu. Setelah itu akan dibicarakan evakusi selanjutnya, termasuk kelanjutan pendidikan mahasiswa asal Indonesia yang kuliah Libya oleh Tim Evakusi Pemerintah RI.
Kami berterima kasih karena mendapatkan pelayanan yang nyaman dari KBRI Tunisa: baik logistik maupun tempat tinggal juga pelayanan yang ramah lainnya. Terima kasih kepada KBRI Tunisia, Tim Evakusi Pemerintah RI, Tim Evakusi PT Wijaya Karya, dan seluruh pihak yang membantu kami.
Kelanjutan Studi
Meski masih dalam masa darurat, kami berharap pemerintah RI bisa membantu kami agar bisa melanjutkan pendidikan lagi, jika nanti Libya mulai aman.
Setidaknya ikut menjalin komunikasi dengan pihak kampus Libya. Jika seandainya tiak mungkin ke Libya karena kondisi keamaan, kami berharap bisa diberi besaiswa untuk melanjutkan pendidikan kami seusai jurusan kami.
Tapi mudah-mudahan kondisi nanti semakin kondusif untuk menyelesaikan pendidikan saya di Libya yang tinggal satu semester di Kulyah da`wah Islamiyah jurusan al Qur`an wa `ulumihi (Syariah), yang saya sudah 5 tahun sejak Desember 2005.
Demikian catatan kecil dari saya, maaf kabar ini dibuat dengan redaksi kurang bagus, sambil antri internet KBRI Tunis. */Kusworo Nursidik, mahasiswa Kuliyah Da`wah Islamiyah-Tripoli, Libya