Hidayatullah.com–Rumah-rumah sakit di Somalia memilliki ukang masak. Tapi, oleh karena bencana kekeringan melanda, meskipun ada tukang masak tapi mereka tidak punya sesuatu untuk dimasak.
Ratusan pasien yang dirawat di dua rumah sakit terbesar di Mogadishu, Madine dan Banadir, menghembuskan napasnya ya terakhir karena kekurangan makan.
Dijaga oleh prajurit berseragam, Medine, rumah sakit terbesar di Somalia itu menjadi saksi perang saudara yang telah berlangsung selama hampir 20 tahun. Dindingnya banyak yang rusak, sementara peralatan yang dipakai di rumah sakit tersebut ketinggalan zaman. Hanya ada satu ambulan di rumah sakit tersebut.
Peralatan yang dipakai dokter untuk melakukan operasi, tidak benar-benar steril.
Rumah sakit juga memiliki staf dapur sebagai tukang masak. Tapi, sudah lama mereka tidak punya bahan makanan untuk dimasak.
Pasien kedua rumah sakit itu biasanya mendapat sup yang dibuat dari tepung atau jagung. Sementara penunggu mereka yang berada di luar berjaga dengan perut kosong, tanpa air dan makanan.
Tiga buah tenda berdiri di halaman rumah sakit. Sebagian pasien dan penunggunya menginap di tenda itu.
Nasib baik masih ada yang mau menolong mereka. Yayasan Keagamaan Turki TDV mengirimkan 500 bingkisan berisi bahan makanan ke Rumah Sakit Medine.
“Kami mengamati keadaan rumah sakit dengan seksama,” kata Mehmet Sukru Eroglu, koordinator TDV di Somalia.
“Jumlah pasien terus bertambah akibat kelaparan dan wabah penyakit. Para pasien butuh makanan untuk pulih. Para penunggu mereka di luar juga butuh makanan. Bantuan makanan kami berikan untuk pasien dan penunggunya,” papar Eroglu.
Menurut Eroglu, dari waktu ke waktu pasien di rumah sakit hanya diberikan sup tepung atau jagung. Padahal makanan itu tidak cukup baik untuk pemulihan pasien. Bantuan makanan yang diberikan kepada pasien tidak hanya selama mereka dirawat di rumah sakit. Setelah keluar dari ruang perawatan pun mereka tetap akan diberi bantuan makanan.*