Hidayatullah.com—Sebuah hasil kajian salah satu organisasi kemanusiaan internasional menunjukkan tiga dari setiap lima perempuan Iraq adalah janda yang kehilangan suami mereka sejak invasi Amerika ke negara itu pada 2003 lalu.
Laporan itu dipublikasikan pada Ahad (18/09/2011) oleh lembaga kemanusiaan internasional yang berbasis di Los Angeles.
Menurut lembaga itu, sebanyak 10 persen dari 15 juta total populasi perempuan di Iraq adalah janda.
Berdasarkan hasil penelitian, 59 persen para janda itu mengaku suaminya terbunuh akibat kekerasan yang terjadi di negara itu sejak delapan tahun lalu.
“Negara Iraq sudah menelantarkan janda dengan masalah dahsyat mereka, dan pemecahan terletak pada pendirikan badan untuk menerima perhatian dan pemecahan masalah wanita ini,” kata laporan itu sebagaimana dikutip Associated Press (AP). Ahad, 18 September, 2011.
Laporan dilepaskan di konferensi pada Baghdad di mana parlemen pembicara Osama al-Nujaifi menjanjikan untuk menolong janda lewat kesempatan pekerjaan, gaji dan pinjaman untuk menolong mereka memulai usaha kecil.
“Derita janda itu mempunyai dampak secara keseluruhan masyarakat,” ujar al-Nujaifi. “Malapetaka ini semakin meningkat, dan bahayanya akan mengancam nilai kami.”
Lebih Baik Saddam
Sebelum ini, Ketua Komisi Perempuan Parlemen Iraq, Samira al-Moussawi pernah mengemukakan, pasca penjajahan Amerika dan sekutunya serta perang berkepanjangan telah menyebabkan wanita-wanita Iraq kehilangan suami mereka.
Ini mengakibatkan jumlah janda di Iraq terus bertambah dari hari ke hari. Umumnya, mereka terlilit dalam lingkaran kemiskinan karena tidak ada lagi pencari nafkah bagi keluarga.
Namun Menteri Urusan Wanita Narmeen Othman menyatakan jumlah janda di Iraq mencapai dua juta orang. Menurut data Kementerian Perencanaan Iraq, total penduduk negara itu adalah 27 juta orang. Kini, diperkirakan ada 15 juta wanita yang berusia 15 sampai 80 tahun.
“Jumlah janda terus bertambah setiap hari. Situasi ini bakal menjadi bom waktu. Terlebih lagi, sebagian besar dari mereka masih berusia muda. Mereka bagaikan menjadi tawanan di rumah sendiri,” kata Othman.
Menurut Othman, meski Amerika datang berkedok memberi perubahan, faktanya, banyak orang berpendapat, zaman pemerintahan Saddam Hussein jauh lebih baik bagi para janda Iraq. Pada masa itu, setiap janda mendapat tunjangan bulanan, sebidang tanah dan rumah, serta sebuah mobil.
Saddam juga memberikan penghargaan dan dana insentif kepada tentara yang menikahi janda. Namun kebijakan itu dihentikan sejak Saddam digulingkan melalui invasi Amerika Serikat.*
Foto: Para janda sedang antri makanan