Hidayatullah.com–Dalam acara simposium yang digelar oleh Lakpesdam PCNU Mesir, Prof. Dr. Hasan Hanafi menyatakan bahwa penerapan syari’ah Islamiah harus ditinjau ulang. Menurutnya, hukum Islam itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman.
“Syari’at Islam itu tetap, tetapi fikih bisa berubah-ubah,” tegas Hasan Hanafi yang hadir sebagai narasumber dalam simposium tersebut.
Dalam acara tersebut, Hasan Hanafi sangat menekankan sekali pentingnya dialog guna meraih kemaslahatan dan kemajuan umat Islam.
Hasan Hanafi bahkan menentang keras gerakan-gerakan Islam seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menurutnya menolak dialog. Pernyataan ini ia keluarkan ketika menjawab pertanyaan dari salah seorang peserta mengenai pandangannya tentang HTI.
Ia juga menyatakan bahwa kebenaran dalam Islam itu beragam. Karena dalam pandangannya, semua hasil ijtihad itu terhenti pada perbedaan pendapat.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa perbedaan pendapat dalam Islam seperti antara Asy’ari dengan Mu’tazilah dan antara Sunni dengan Syi’ah, itu semua adalah rahmat Allah.
Namun Hasan Hanafi juga menyatakan pertentangannya dengan Barat, karena Barat tidak menginginkan Indonesia menjadi negara Islam. Menurutnya, Amerika dan Israel itu adalah dua negara yang satu.
“Ucapan Amerika memang bersama kaum Muslimin, tetapi hati mereka bersama Zionis Israel,” tegas Hasan Hanafi.
Acara simposium Lakpesdam PCNU Mesir ini menyedot banyak mahasiswa Indonesia yang ada di Mesir, hingga memenuhi auditorium Shalah Kamil di kampus Universitas Al-Azhar Kairo.
Prof Hassan Hanafi, adalah guru bisar filsafat Islam di Universitas Cairo. Ia dikenal sebagai penggagas
“Kiri Islam” yang dinila mencoba melakukan gerakan kritis dalam mendobrak kejumudan intelektual di dunia Islam.
Ia juga dikenal sebagai wakil pemikir kontemporer yang dikenal cukup concern bergelut dalam perumusan isu-isu metodologis seputar hermeneutika al-Qur’an, yang tak dikenal oleh ulama salaf.
Dalam autubiografinya Hasan Hanafi banyak peristiwa dan pengalaman pribadinya yang telah membangkitkan kesadarannya tentang pentingnya teologi tanah, sebuh teologi yang ia imajinasikan dengan nasionalisme. Bersama Asghar Ali Engineer, ia termasuk digolongkan sebagai pemikir yang dekat dengan paham sosialis. [sdz/hidayatullah.com]
foto: Ahmad Sadzali