Hidayatullah.com—Kepala dinas intelijen Libya pada masa kekuasaan Muammar Qadhafi, Abdullah Al Senussi, yang ditahan di Mauritania sedang sakit, kata Presiden Mauritania Muhammad Ould Abdul Aziz, Ahad (15/04/2012).
Dilansir oleh Reuters, dalam wawancara dengan televisi Prancis TV5 Abdul Aziz mengatakan, Al Senussi sudah mengalami gangguan kesehatan saat terbang menuju ibukota Nouakchott pada bulan Maret silam dengan menggunakan paspor palsu.
“Keadaannya stabil, tidak ada yang mengkhawatirkan,” jelas Abdul Aziz. “Dokter telah memeriksanya dan begitu proses hukum atas dirinya selesai, kami akan mengumumkan keputusan terkait dirinya.”
Presiden Mauritania itu tidak menjelaskan apa penyakit yang diderita oleh Al Senussi. Namun, menurut sumber-sumber yang tidak asing dengannya, pria berusia 62 tahun itu diyakini menderita kanker.
Pemerintah Libya yang menginginkan agar Al Senussi diekstradisi, salah seorang pejabat seniornya mengatakan bahwa Mauritania telah berjanji akan memulangkan mantan anggota rezim Qadhafi itu. Namun, keterangan itu dibantah oleh Mauritania.
“Kasus dia sedang dipelajari. Kami memiliki banyak pertanyaan atas dirinya dan kami belum selesai dengannya. Kami belum mengambil keputusan,” kata Abdul Aziz kepada TV5.
Al Senussi dipercaya memegang peran penting dalam pembantaian lebih dari 1.200 tahanan dalam penjara Abu Salim di Tripoli pada tahun 1996. Unjuk rasa menuntut keadilan oleh keluarga para korban itulah yang kemudian menyulut aksi demonstrasi besar rakyat Libya, dan pasukan pemberontak mengangkat senjata menentang pemerintahan Muammar Qadhafi, yang akhirnya tumbang dengan bantuan serangan udara NATO pada 2011.
Selain pemerintah Libya, Mahkamah Kejahatan Internasional di Den Haag juga menginginkan Al Senussi untuk diadili atas kejahatan kemanusiaan.*