Hidayatullah.com–Pemerintahan Barrack Obama dengan congkak mengatakan tidak akan ada permintaan maaf mesti telah memasuki wilayah Pakistan saat menyerang persembunyian pemimpin Al-Qaidah Usamah bin Ladin.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Jay Carney mengatakan hari Senin jika Presiden AS Barack Obama mengakui ia memiliki “hak dan kepentingan mendesak untuk melakukan penyerangan,” serta menekankan, “Kami tidak perlu meminta maaf akan hal ini,” demikian seperti yang dilaporkan AFP.
Carney menjelaskan jika Obama mengatakan pada kampanye presidennya “Jika ada kesempatan untuk membawa Obama ke pengadilan, dan ia berada di tanah Pakistan, dan hanya itulah satu-satunya cara yang dapat dilakukan…ia akan mengambil kesempatan itu dan melakukannya, dan telah ia lakukan.”
“Usamah adalah musuh nomor satu AS dan telah membunuh banyak penduduk yang tak berdosa. Maka tak akan ada permintaan maaf,” lanjut Carney.
Sementara itu, Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani, dalam pidatonya di Parlemen hari Senin, mengatakan jika agen Inter-Services Intelligence (ISI) Pakistan memberi petunjuk mengenai lokasi bin Ladin, ia menambahkan “tuduhan keterlibatan atau ketidakmampuan sangatlah tidak masuk akal.”
Gilani memprotes penyerbuan minggu lalu, dengan mengatakan jika Pakistan memiliki hak untuk membalas dengan kekuatan penuh.
Sebagaimana diketahui, keretakan hubungan AS dan Pakistan semakin dalam, sementara Washington masih membutuhkan kerjasama Islamabad untuk memperoleh akses kepada tiga janda bin Ladin yang berada di tahanan Pakistan.
Kematian Usamah bin Ladin masih misteri hingga saat ini. Obama mengklaim jika bin Ladin tewas oleh pasukan AS pada 2 Mei (1 Mei waktu Washington) di pemukiman Pakistan, saat ia tak bersenjata.
Ia mengatakan jika misi militer tersebut dijalankan tanpa sepengetahuan pemerintah Pakistan karena ketidakpercayaan AS pada sekutunya tersebut.
Dengan asal bicara, pejabat AS mengumumkan jika jenazah bin Ladin telah ditenggelamkan di laut dan menyatakan jika penguburan yang terburu-buru dan sesuai dengan hukum Islam, dilakukan dalam 24 jam setelah kematian. Padahal dalam Islam tak dikenal mengubur jenazah di laut.
Bagaimanapun, penenggelaman jenazah di laut tidak sesuai praktik Islam dan Islam tidak memiliki tenggat waktu dalam penguburan.
Setelah memberi alasan mengada-ada, pejabat AS juga mengklaim keputusanmereka dalam menenggelamkan jenazah disebabkan karena tak ada satupun Negara yang mau menerima jenazah bin Ladin, tanpa menjabarkan Negara mana saja yang telah dihubungi mengenai masalah tersebut.
Hingga kini, para analis politik memiliki pertanyaan serius mengenai penyebab pejabat AS tidak mengizinkan tes DNA secara resmi untuk memastikan jenazah sebelum penenggelaman jenazah. Yang jelas, Amerika pasti menyembunyikan sesuatu kebohongan.*