Hidayatullah.com–Ribuan orang pengunjuk rasa berkumpul di luar Gedung Putih memprotes kegagalan penutupan penjara militer di Teluk Guantanamo, Kuba.
Selama satu dekade, ratusan orang tak bersalah telah dipenjarakan. Ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia terbesar yang pernah dilakukan oleh Pemerintahan Amerika Serikat (AS).
Pada 22 Januari mendatang satu aksi unjuk rasa akan dilakukan, sekaligus memperingati tiga tahun janji Presiden Obama untuk menutup penjara Guantanamo. Janji ini belum terpenuhi sejak dia terpilih menjadi presiden.
“Saya akan menindaklanjuti apa yang telah saya jadikan komitmen pada saat kampanye. Namun saya merasa ada ketidaksepahaman dengan pendiri pendahulunya, kita harus bersedia untuk mengikuti aturan standar inti yang telah ada. Itu bukan sesuatu yang gampang, tapi juga susah,” ungkap Obama dalam janjinya tiga tahun silam.
Tiga tahun telah berlalu. Namun, sel-sel di Guantanamo masih tetap terisi oleh pria-pria yang tidak bersalah dan mungkin tidak memiliki hubungan sama sekali dengan suatu kejadian.
“Sampai saat ini komitmen presiden untuk menutup penjara Guantanamo masih tetap kuat seperti saat kampanyenya berlangsung (2008). Tapi semua orang harus memahami bahwa penutupan penjara Guantanamo bukan hal yang mudah. Pemerintah kami tidak akan memperlakukan seseorang bertentangan dengan prinsip berdirinya negara ini,” ujar Jay Carney, seperti dikutip dalam Russiatoday, Rabu (11/1/2012)
Helen Schietinger, seorang saksi penyiksaan di Penjara Guantanamo mengatakan, pemerintah tidak memperlakukan orang sesuai dengan prinsip negara. Atas dasar itu, Helen dan kelompoknya mengelar aksi protes hari ini, menuntut penutupan Guantanamo.
Walaupun Presiden Obama sebelumnya berusaha melaksanakan hukum konstitusional dan bersikeras untuk menutup penjara Guantanamo pada kampanyenya, namun kegagalan terus mengiringinya. Obama gagal menambah Undang-undang otorisasi pertahanan nasional (National Defense Authorization Act (NDAA). Demikian diberitakan Sindonews.*