Hidayatullah.com–Koran asal Inggris, The Independent, menulis laporan terbaru Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Hak Asasi Manusia (HAM) di Timur Tengah soal kondisi Libya menekankan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terlibat kejahatan perang di negara ini.
Dalam laporan tersebut ditekankan bahwa saat pemberontak menentang pemimpin Libya, Kolenel Muammar Qadhafi, seluruh pihak khususnya NATO dan pasukan loyalis Qadhafi melakukan kejahatan perang, tulis Independent dan dinukil al-Alam Kamis (19/01/2012)
Laporan yang dirilis Lembaga HAM Arab dan pusat HAM Palestina serta Aliansi Internasional mendukung HAM juga melampirkan hasil tim pencari fakta dan analisa pakar hukum.
Tak lupa para saksi mata juga menguatkan laporan ini dan lokasi yang menjadi sasaran NATO juga disebutkan secara terperinci. Dalam sejumlah operasinya NATO menyerang kawasan sipil, tulis laporan tersebut.
Dikutip IRIB, The Independet mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di kota Sirte dan mengutip saksi mata, di bulan September lalu ketika warga berkerumun di lokasi pengeboman, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan serangan rudal ke lokasi tersebut dan akibatnya 47 orang tewas. Laporan ini kian memojokkan posisi NATO, tambah Independent.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag bulan November lalu menyatakan bahwa mereka akan menyelidiki operasi serangan udara pasukan NATO di Libya.
Koran ini juga mengisyaratkan penolakan Sekjen PBB, Ban Ki moon tekait brutalitas NATO yang melanggar misinya di Libya.
Sebelum ini, wartawan Al Jazeera di Brussels pernah mengungkap adanya perpecahan seputar keterlibatan NATO dalam agresi di Libya.
Perpecahan terjadi di kalangan NATO seputar rencana AS sebelum menyerahkan kepemimpinan agresi militer atas Libya. Turki, satu-satunya negara Muslim anggota NATO, menentang jika NATO mengambil alih upaya penegakan zona larangan terbang atas Libya. Sementara Italia mengisyaratkan akan menutup pangkalan udaranya bagi agresi militer tersebut jika NATO tak diberikan kepemimpinan. Adapun sejumlah negara NATO lainnya khawatir pesawat dan peralatan tempur NATO akan dialihkan dari misi yang lain, termasuk misi di Afghanistan.*