Hidayatullah.com–Pemimpin ISIS alias Daesh alias IS tewas sementara pasukan Amerika Serikat bergerak menyerbu rumah yang menjadi tempat persembunyiannya di bagian Utara Suriah.
Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi meledakkan bom yang membunuh dirinya dan keluarganya ketika pasukan khusus AS mengepung tempat persembunyiannya setelah terjadi baku tembak.
Hari Kamis (3/2/2022) Presiden AS Joe Biden mengungkapkan penyerbuan yang dilakukan pada Rabu tengah malam itu hingga Kamis dini hari itu.
Kematian Qurayshi “menghilangkan ancaman teroris besar bagi dunia”, kata Biden seperti dilansir BBC.
Penyerbuan itu – yang direncanakan secara detil selama berbulan-bulan – menarget sebuah rumah berlantai tiga di pinggiran kota kecil Atmeh, yang berada di utara Provinsi Idlib dan dekat perbatasan Turki. Kawasan tersebut merupakan daerah pertahanan kelompok-kelompok jihad yang merupakan saingan berat ISIS, serta faksi-faksi pemberontak Suriah yang didukung Turki yang memerangi pemerintah rezim Bashar al-Assad.
Laporan intelijen memastikan bahwa Qurayshi tinggal bersama keluarganya di lantai dua bangunan rumah di Atmeh tersebut, dari mana ia mengendalikan ISIS menggunakan kurir untuk mengirim perintahnya ke anak buahnya di Suriah dan tempat lain.
Militan yang juga dikenal dengan julukan “the Destroyer“, Qurayshi – yang juga menggunakan noms de guerre Hajji Abdullah, Amir Mohammed Said Abdul Rahman al-Mawla and Abdullah Qardash – menjadi pemimpin ISIS pada 2019, setelah kematian pendahulunya Abu Bakr al-Baghdadi.
ISIS mengumumkan pengangkatannya sebagai pemimpin empat hari setelah kematian Baghdadi pada bulan Oktober 2019. Qurayshi diyakini telah lama dipersiapkan untuk peran tersebut dan dijauhkan dari medan perang guna mengantisipasi apabila tiba-tiba terjadi suksesi kepemimpinan.
Pihak berwenang Amerika Serikat menawarkan hadiah $10 juta ($7,3 juta) untuk informasi tentang keberadaan pria kelahiran Mosul, Iraq, tahun 1976 itu.
Selama tinggal di Atmeh dia tidak pernah pergi ke luar kecuali untuk mandi di bagian rooftop.
AS mengesampingkan serangan udara terhadap Qurayshi dengan alasan mengurangi risiko jatuh korban sipil lebih banyak. Sebuah keluarga, yang diyakini tidak ada hubungannya dengan ISIS dan tidak menyadari keberadaan Qurayshi di tempat itu, tinggal di lantai dasar bangunan rumah tersebut.
Kemungkinan serangan darat dikaji secara detil, dengan puluhan skenario yang dipraktikkan dan dikaji risikonya, kata pejabat senior AS. Model bangunan didirikan dan para insinyur mempelajari kemungkinan keruntuhannya apabila bangunan itu diledakkan.
Presiden Biden diberitahu perihal detil mungkinkan operasi tersebut pada Desember 2021.
Dia memberikan lampu hijau final pelaksanaan operasi khusus tersebut pada hari Selasa (1/1/2022), memantaunya secara real time di situation room di Gedung Putih ketika sejumlah helikopter tiba di Atmeh sekitar Kamis dini hari (22:00 GMT hari Rabu).
Sumber-sumber lokal mengatakan pasukan khusus AS menghadapi perlawanan keras di lapangan, dan mereka mendapat serangan dari senjata anti-pesawat yang dipasang di kendaraan. Tembakan dan dentuman bom terdengar selama dua jam sebelum helikopter-helikopter pasukan AS pergi.
Jubir Pentagon John Kirby mengatakan pasukan AS berhasil mengevakuasi 10 orang dari rumah itu, termasuk delapan anak-anak.
Mereka yang tewas dalam serangan itu termasuk salah satu wakil Qurayshi dan istrinya, keduanya menembaki pasukan AS. Selain itu, Kirby mengatakan bahwa pasukan AS beradu tembak dengan sekelompok kecil orang yang mendekati daerah tersebut ketika misi dua jam itu berlangsung, mereka “dianggap bermusuhan” sehingga mengakibatkan dua dari sekelompok orang itu terbunuh.
Setelah itu baku tembak dengan sekelompok orang tersebut berakhir, dan Kirby menambahkan bahwa “tampaknya seorang anak juga terbunuh” di dekatnya. Namun, Kirby mengatakan bahwa AS tidak “memiliki pengetahuan lengkap perihal setiap orang yang terbunuh itu”.
Ketika serangan memuncak, Qurayshi meledakkan diri di lantai tiga bangunan rumah tersebut, menewaskan dirinya sendiri, istrinya dan anaknya. Presiden Biden menggambarkannya sebagai “tindakan akhir yang pengecut”.
Qurashi kemudian diidentifikasi “melalui sidik jari dan analisis DNA”, kata Kirby.
Tidak ada korban jiwa di pihak AS. Sebuah helikopter Amerika mengalami gangguan teknis saat penyerbuan berlangsung dan terpaksa harus dihancurkan.
Taktik meledakkan diri yang dilakukan Qurayshi juga dilakukan oleh Abu Bakr al-Baghdadi ketika menghadapi pasukan AS tahun 2019.
Baghdadi membunuh dirinya sendiri dan tiga anak dengan meledakkan bom yang terpasang di rompinya ketika pasukan AS melakukan penyerbuan ke tempat persembunyiannya yang berjarak 16 km dari Atmeh.
Kelompok bantuan medis White Helmets, yang juga dikenal sebagai Syria Civil Defence, mengatakan menemukan mayat enam anak dan empat wanita di rumah yang menjadi sasaran penggerebekan pasukan khusus AS itu.
Semua orang Amerika yang terlibat dalam operasi itu kembali dengan selamat, kata Biden.*