Hidayatullah.com–Perusahaan Koran New York Times yang dikenal beroplah besar di Amerika Serikat ini dikabarkan mencatat kerugian dalam kuartal kedua, akibat penurunan pendapatan iklan, ketika ia sedang agresif beralih di era digital.
New York Times mencatat kerugian bersih pemegang saham sebesar AS 211.000 USD, dibandingkan keuntungan sebesar 16 juta USD pada periode yang sama pada tahun lalu, demikian kutip The Wall Streat Journal (WSJ), Kamis (28/07/2016).
Omset keseluruhan meningkat sebesar tiga persen menjadi 219 USD, tetapi pendapatan iklan menurun 11,7 persen menjadi 131 juta USD.
Pendapatan iklan cetak menurun sebesar 14,1 persen, sedangkan pendapatan iklan digital turun sebanyak 6,8 persen, mendorong peningkatan usaha dalam menghadapi tantangan untuk memberi penekanan lebih kepada edisi digital.
Pendapatan distribusi menunjukkan masa depan yang cerah, dengan peningkatan sebesar 15 persen dalam langganan digital saja.
“Kami sekali lagi menyaksikan pertumbuhan langganan digital dalam periode itu dengan 51.000 biaya bersih langganan digital saja bagi produk berita kami dalam kuartal kedua dan pertumbuhan sebesar 22 persen dari tahun ke tahun,” kata Kepala Eksekutif, Mark Thompson.
“Kebanyakan keberhasilan kami dalam membangun model pembayaran digital adalah hasil berkelanjutan memperbaharui usaha untuk memperjelas nilai jurnalisme Times dan produk-produk kami, melalui misi terkait,” katanya dikutip AFP.
Thompson, namun mengatakan, “bisnis iklan semakin sulit dalam kuartal kedua, terutama iklan cetak.”
Dalam edisi digital, perusahaan melihat pertumbuhan kuat dalam ponsel, video dan virtual, konten bermerek dan iklan bersifat program, tetapi “ini tidak cukup untuk mengurangi kejatuhan dalam tradisi situs,” katanya.
“Namun, kami berharap situasi itu akan membaik di paruh kedua tahun ini; malahan, kami sudah mulai menyaksikan tanda-tanda pemulihan pada Juli. Kami mengharapkan kedua – iklan digital dan bisnis pelanggan digital akan berkontribusi peningkatn pertumbuhan pendapatan dalam kuartal ketiga. ”
Mei lalu, New York Times mengatakan, ia menawarkan pengambilan alih sukarela untuk mengurangi staf editorialnya ke 1300, sebagai bagian inisiatif ‘strategis’ perusahaan, yang diumumkan awal tahun ini untuk mengurangi biaya, sambil mempertahankan operasi pemberitaan dan meningkatkan usaha menambahkan lebih banyak pembaca global.
Meski The New York Times, masih bisa bertahan dengan berita versi cetaknya hingga saat ini, namun distribusinya tidak lagi dalam jumlah besar. Perusahaan ini bahkan menyewakan sebagian ruang di gedung kantor pusatnya di New York guna membantu biaya operasional.
Berhadapan dengan krisis ekonomi dan arus Internet, The New York Times juga memilih untuk menyampaikan berita melalui media online.
Belum lama ini, Redaktur Pelaksana New York Times Jill Abramson pernah mengatakan awal Juni 2009 lalu sudah sekitar 40 koran di Amerika menghadapi kebangkrutan.
Krisis ekonomi dan Internet menjadi hantaman ganda bagi industri koran dan media cetak lainnya saat ini di Negeri Abang Sam.
Diantara daftar perusahaan koran dan media cetak Amerika Serikat yang mengalami kejatuhan adalah; Surat kabar Tribune Co, The New York Times, Majalah Newsweek, Majalah Reader’s Digest, Rocky Mountain News, bahkan penjualan surat kabar harian The Washington Post pun tidak terlepas dari masalah finansial yang telah lama menggerogoti perusahaan itu.*