Hidayatullah.com—Hari Jumat (06/07/2012) lalu, pemerintah Kazakhstan meresmikan sebuah masjid raksasa di ibukota Astana yang juga menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tengah. Peresmian ini dilakukan dalam rangka perayaan besar menyambut ulang tahun Presiden Nursultan Nazarbayev yang ke-72.
Bangunan megah serba putih yang dihiasi ornamen khas Kazakhtan tersebut mampu menampung 5.000 jemaah. Masjid itu dibangun dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun.
“Perayaan ini merupakan perayaan seluruh rakyat Kazakhstan. Saya memberi selamat kepada semua orang atas dibukanya mesjid terbesar di Kazakhstan,” kata Nazarbayev dalam sambutannya kala peresmian mesjid tersebut. “Kita adalah negara multinasional. Kita adalah bangsa yang toleran,” katanya dikutip AFP.
Masjid yang diberi nama “Khazret Sultan” tersebut berdiri di atas lahan seluas 11 hektar di pusat kota Astana. Bulan Januari lalu, proses konstruksi mesjid sempat terganggu akibat insiden kebakaran yang menghanguskan steger kayu di bagian kubah.
Nazarbayev telah menjabat presiden Kazakhstan sejak negara tersebut merdeka dari Uni Soviet –sekarang Rusia- pada tahun 1991 lalu. Hari ulang tahunnya yang jatuh tanggal 6 Juli ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari libur nasional yang biasa disebut Hari Ibukota.
Hal ini dikarenakan tepat pada tanggal tersebut di tahun 1998 lalu, ibu kota Kazakhstan secara resmi dipindahkan dari Almaty ke Astana, yang dulunya merupakan wilayah padang rumput yang tandus.
Pemimpin Kazakhstan itu sering merayakan ulang tahunnya dengan acara-acara megah. Dia pernag membuka sebuah taman raksasa indoor raksasa Khan Shatyr saat ia merayakan ulang tahunnya yang ke-70 pada 2010 lalu, di mana para penyanyi ternama dunia turut memeriahkan acara.
Memaksa Sekuler
Kazakhstan adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam (70%), namun pemerintahnya memaksakan diri menjadi negara sekuler, di mana setiap orang yang beragama harus mendahulukan mengikuti hukum dan peraturan negara sekuler.
Belum lama ini ada delapan mahasiswa putri di sebuah univeritas di kawasan barat daya Kazakhstan menuntut pejabat kampus, karena dilarang mengenakan kerudung saat mengikuti perkuliahan.
Kepada Radio Free Europe/Radio Liberty mereka mengatakan, penjaga yang bertugas di pintu masuk kampus Universitas Saqtaghan Baishev melarang mereka masuk karena memakai kerudung atau hijab.
Nursaule Samatqyzy, seorang staf kampus, mengatakan bahwa dirinya diperintahkan pihak sekolah untuk melarang para mahasiswi yang memakai kerudung masuk ke kampus.
Sebelumnya, tahun 2011, pemerintah juga melarang penyediaan ruang untuk shalat di gedung-gedung pemerintah. Alasannya merebaknya militansi Islam. Tidak hanya itu, pemerintah Almaty telah memblokir akses terhadap sejumlah situs luar negeri, yang dianggap mengobarkan militansi Islam
Tak pelak keputusan itu mengundang protes banyak kalangan Muslim. Mufti Tertinggi Kazakhstan Absattar Serbisali, sebagaimana dilansir Associated Press, menyebut keputusan itu dapat menyulut kemarahan warga Muslim. Dan justru bisa jadi pemicu kekerasan.*