Hidayatullah.com–Gaya hidup seks bebas di Barat, tidak lain terpengaruh dengan filsafat Nietszche, tokoh pertama dari eksistensialisme modern yang dikenal ateis.
Pernyataan ini disampaikan Kusen, kandidat Doktor Filsafat di Belgorade State University, Rusia. Menurut Kusen, pemandangan umum di benua biru, Eropa, di mana muda-mudi larut dalam percintaan tanpa melalui jalur pernikahan, tak lain akibat terpengaruh filsafat Nietszche dalam hubungan seks.
Menurut Friedrich Wilhelm Nietzsche, jika seorang berhubungan badan lalu menuntut untuk menikah, itu adalah bagian dari cinta palsu.
“Jadi cinta harus tanpa pamrih. Suka sama suka,” jelasnya kepada hidayatullah.com, Ahad, (29/07/2012).
Dengan pemikiran ini, maka pasangan di Eropa, khususnya Rusia menjalankan cinta yang benar-benar dilakukan suka sama suka. Mereka harus menjalankan cinta “semurni” mungkin tanpa ada tuntutan untuk menikah.
“Secara umum Eropa seperti itu,” tandasnya pria yang sudah tiga tahun bermukim di Rusia ini.
Rusia, kata Kusen, pada dasarnya adalah negara Kristen Ortodok. Mereka bukan sama sekali anti agama. Namun agama di Rusia memang tidak semarak layaknya orang beragama di Indonesia. Hanya menariknya, ada satu kesamaan antara Indonesia dan Rusia dalam perkara perzinahan.
“Seks bebas wilayah privat. Jika berhubungan suka sama suka tidak bisa diadili.,” bebernya.
“Kalau pemerkosaan baru bisa diadili,” sambungya yang meski mengambil program filsafat, banyak bertolak belakang dengan gagasan liberalisme.
Hal lain yang menarik di Rusia menurutnya, menyangkut perayaan Hari Nata. Di mana Hari Natal di Rusia dilaksanakan pada tanggal 7 Januari, bukan 25 Desember.
Seperti diketahui, Frederich Wilhelm Nietszche (1844-1900) menggambarkan dirinya sebagai filsuf Jerman yang kontroversial. Ia tenar dengan perkataannya bahwa ‘Tuhan Sudah Mati’.
Menurut pengajar di STAI Publisistik Thawalib Jakarta ini, perkataan Nietszche itu sebenarnya ditujukan kepada orang-orang Kristen dan agama Kristen itu sendiri. Nietszche melihat Kristen sebagai agama yang tidak rasional dan terkenal dengan kaum agamawannya yang kerap melacurkan diri.
“Nietszche kemudian mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada,” tandasnya.*