Aksi bom bunuh diri terjadi di Kota Znamenskoye, sekitar 50 kilometer sebelah utara Kota Grozny, ibu kota Chehnya, Rusia, Senin (12/5). Sebanyak 41 orang dilaporkan tewas dan 100 lain luka-luka akibat aksi yang diduga sebagai ‘bom jihad’ di Kompleks Kantor Pemerintah Chehnya itu. Selain tiga pelaku, korban tewas adalah warga sipil, polisi, dan anggota Dinas Keamanan Rusia (FSB).
Ledakan bom itu terjadi pada hari kerja pertama setelah beberapa hari libur besar nasional. Tiga orang–seorang di antaranya perempuan–mengendarai truk yang bermuatan sekitar satu ton bahan peledak menerabas masuk ke kompleks kantor pemerintah lokal. Saat itulah terjadi sebuah ledakan dahsyat. Sebagian bangunan di kompleks itu rusak parah, termasuk kantor polisi dan Kantor Cabang FSB. Ledakan bom itu pun meninggalkan lubang selebar 14 meter dengan kedalaman sekitar enam meter di tanah.
Presiden Rusia Vladimir Putin yang berbicara di televisi beberapa menit kemudian, mengecam ledakan itu. Putin menilai aksi itu sebagai upaya untuk menghentikan proses pencarian jalan keluar damai dari konflik separatis Chechnya. Pemerintah Rusia menduga, pelaku adalah kelompok gerilya pimpinan Aslan Maskhadov dan Shamil Basaev.
Selang beberapa jam kemudian, masyarakat Moskow dikejutkan oleh ledakan di sebuah restoran di ibu kota Rusia itu. Sedikitnya 13 orang terluka dalam peristiwa ini. Namun ledakan ini diperkirakan murni kecelakaan. Dugaan sementara gas bocor menjadi penyebab. Restoran ini berlokasi di tempat hiburan yang sarat wisatawan, sekitar 40 kilometer dari Kremlin.
Muslim Chehnya adalah kelompok muslim yang selama ingin membebasakan diri dari Rusia. Sayangnya, pihak pemerintah Rusia terus memperlakukan warga Chehnya kurang adil.
Bom Mobil
Di tempar terpisah, tiga ledakan mengguncang kompleks pemukiman warga asing Granada, Riyadh, Arab Saudi, Senin (12/5) malam. Namun, hingga kini, belum diketahui jumlah korban tewas dan luka-luka dalam kejadian ini. Yang pasti, sejumlah warga asing, terutama warga Amerika Serikat dilaporkan tewas dan luka-luka dalam insiden ini.
Seperti dikutip dari jaringan televisi Al-Arabiya, satu di antara ledakan itu adalah bom mobil yang dibiarkan terparkir di depan pemukiman tersebut. Satu lagi meledak menimpa sebuah bangunan yang digunakan sebagai markas pasukan AS di Riyadh.
Satu ledakan lain terjadi di kantor Venyl, perusahaan konsultan bidang pertahanan Amerika yang bekerja untuk Pasukan Pengawal Nasional Saudi. Asap membubung tinggi dari kebakaran di lokasi-lokasi ledakan yang terletak di pinggiran timur Riyadh dekat jalan mengarah ke bandar udara.
Ledakan-ledakan terjadi hanya beberapa jam sebelum Menlu AS Colin Powell tiba di ibukota Saudi itu.
“Warga AS secara pribadi yang kini berada di AS harus mengevaluasi situasi keamanan mereka sendiri dan harus mempertimbangkan untuk meninggalkannya,” katanya siaran resmi Deplu AS.
Sekitar 30.000 sampai 40.000 warga Amerika tinggal dan bekerja di Arab Saudi, menurun dari 60.000 lebih satu dekade yang lalu.
Sejak sikap AS dan Barat menyerang Afghanistan dan Iraq beberap waktu lalu, beberapa gerakan militan Islam mencanangkan untuk terus melawan Amerika.
Kelompok seperti ini mungkin akan terus tumbuh tidak berkesudahan bila AS dan Barat terus-menerus melakukan kezaliman politik atas negara lain, khususnya Islam. (l6c/gtr/cha)