Hidayatullah.com—Apa yang akan terjadi dengan ratusan gedung markas pasukan NATO, saat pasukan asing ditarik keluar dari Afghanistan? Amerika Serikat dan sekutunya ingin menghancurkan bangunan-bangunan itu agar tidak dapat dimanfaatkan musuhnya. Tetapi Afghanistan berharap dapat memanfaatkannya, sebab sebagian gedung-gedung itu dibangun dengan uang mereka.
Terdapat sekitar 600 markas pasukan asing di Afghanistan. Menurut laporan Washington Post, sebuah perusahaan Amerika sudah mendapatkan kontrak senilai lebih dari 46,5 juta euro untuk menghancurkannya. Namun, pemerintah Kabul menginginkan agar dilakukan negosiasi terlebih dahulu dengan pihaknya sebelum penghancuran dilakukan, kata Siamak Herawi jurubicara pemerintah kepada Deutsche Welle (2/8/2012).
Sementara itu ISAF membantah menyetujui penghancuran tanpa berkoordinasi lebih dulu dengan pihak Afghanistan.
Jurubicara ISAF Jenderal Guenter Katz mengatakan, ada sebuah komisi yang bertanggungjawab atas pengalihan markas-markas yang diarahkan oleh Kementerian Keuangan Afghanistan.
Katz bilang, pemerintah Kabul dan ISAF duduk bersama dengan komisi tersebut untuk mendiskusikan markas mana saja yang akan diserahterimakan. Hasil negosiasi kemudian akan dilaksanakan oleh ISAF.
Katz menjelaskan, pemerintah Afghanistan sudah membuat daftar berisi kebutuhan peralatan militer.
Sementara keinginan Taliban untuk mendapatkan bekas markas NATO, meskipun tempat itu dulunya dipergunakan untuk memerangi mereka, dipandang sebagai propaganda Taliban oleh profesor di Universitas Kabul, Ahmad Zia Ra’fat.
“Taliban ingin memberi kesan pada rakyat Afghanistan bahwa mereka peduli dengan kesejahteraan negara. Dan mereka tidak keberatan jika pemerintah mengambil alih markas-markas itu, sebab mereka berharap akan segera kembali berkuasa.”*