Hidayatullah.com—Orang-orang penderita tuna rungu dan tuna wicara kini dapat mengikuti khutbah Jumat yang disampaikan di Masjid Nabawi, menyusul disediakannya penerjemah yang menggunakan bahasa isyarat.
“Saat orang tuna rungu dan wicara datang ke masjid-masjid suci, mereka biasanya duduk pasif tanpa mendapatkan informasi apapun. Namun kini mereka dapat mengambil manfaat dai pengalamannya berada di sana. Sebelumnya, sebagian orang bisu-tuli tidak melihat adanya manfaat mengikuti khutbah Jumat, sementara sebagian lainnya enggan datang ke masjid karena malas. Tetapi sekarang, mereka memiliki tempat tersendiri di dalam masjid dan mereka sama seperti jamaah lainnya (bisa mengikuti ceramah),” kata Khalid Al Thakir, seorang penerjemah bahasa isyarat, kepada Al Arabiya (3/8/2012).
“Alhamdulillah, ini tempat yang indah. Awalnya saya bertanya tentang hal itu, lalu datang ke mari dan merasa nyaman. Pihak pengelola mengambil inisiatif yang sangat bermanfaat untuk menerjemahkan ke dalam bahasa isyarat bagi kaum bisu-tuli. Kami mengambil manfaat dari adanya layanan ini,” kata Thakir menerjemahkan salah seorang jamaah tuna rungu dan tuna wicara.
“Pada 10 hari pertama Ramadhan, kami menggelar pertemuan untuk orang-orang bisu-tuli yang datang dari Suriah, Denmark, Prancis, Arab Saudi, Madinah dan tempat lainnya di dunia,” kata seorang jamaah lain, yang diterjemahkan Thakir.
Jamaah tuna rungu yang menyimak khutbah Jumat lewat penerjemah di layar televisi terlihat sangat antusias. Akhirnya kini mereka mengerti apa yang disampaikan para khatib.*