Hidayatullah.com–Sumber pers Yaman mengungkapkan, Ahad (09/09/2012), dilakukannya penangkapan seorang yang beridentitas Israel dan bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad. Selain itu, dia juga memimpin mata-mata di Yaman.
Media mingguan “An-Naas” yang dekat dengan Partai Islah Islami, melaporkan bahwa penyeledikan pertama dilakukan di Taiz, sebelah selatan Sanaa dimana mata-mata Mossad itu ditangkap. Mata-mata tersebut mengakui bahwa banyaknya anak-anak kecil Yaman yang hilang beberapa tahun lalu telah diseludupkan ke negara-negara tetangga melalui organisasi Zionis, lalu dari sana kemudian dibawa ke Israel.
Media itu juga melaporkan bahwa terdakwa yang disembunyikan identitasnya itu adalah seorang pemuda kelahiran 1982 dari ayah yang tidak diketahui. Dia mengakui bahwa Mossad telah mendidik dan melatih mereka, kemudia mengirimnya ke Yaman dan negara-negara Arab dengan identitas yang berbeda-beda.
Penyelidikan tersebut juga mengungkapkan bahwa agen Mossad tersebut awalnya seorang anak yang tumbuh besar dari sebuah keluarga Yaman di daerah Al-Haimah, sebelah barat Sanaa. Dia pandai berbahasa Arab dan Inggris, baik secara lisan maupun tulisan.
Terdakwa telah diseludupkan keluar dari Yaman ketika berusia 17 tahun melalui negara Teluk dan juga dengan berkomunikasi dengan konsulat Amerika untuk dapat menuju ke Israel melalui Yordania hingga sampai ke Tel Aviv. Di sana dia mempelajari agama dan dasar-dasar di salah satu pemukiman imigran Yahudi di Palestina.
Selanjutnya, dari Israel itu dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Rusia. Di sana dia mempelajari ilmu komputer, perangkat lunak, pembajakan virus, dan juga cara pencurian data. Selama di Moskow, dia dibayar sebesar tiga ribu dolar per bulan, tidak termasuk biaya tempat tinggal dan sekolah. Dia juga mendapat kesempatan mengunjungi sejumlah negara Eropa.
Menurut pengakuannya dalam penyelidikan juga, terdakwa pernah ditahan oleh pemerintah Yunani selama tiga tahun terkait dengan pembajakan internet yang dilakukannya. Setelah itu dia dideportasi ke Suriah pada tahun 2008 dan tinggal di sana selama beberapa tahun sebagai seorang warga Yaman.
Dalam hal ini Mossad memberikan paspor Yaman dan menyembunyikan paspor Israelnya. Di paspor Yaman ini dia tertulis bernama Ibrahim.
Namun sebelumnya, pemerintah Suriah juga sempat menahannya sebentar atas dasar kecurigaan. Namun setelah intervensi dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, akhirnya dia dibebaskan dan diserahkan kepada Kedutaan Besar Yaman di Damaskus, untuk selanjutnya dideportasi ke ibukota Sanaa pada tahun 2009 sebagai warga Yaman.
Ketika tiba di Bandara Internasional Sanaa, dia juga sempat ditahan oleh pihak keamanan karena tidak adanya visa keluar di dalam paspor. Namun lagi-lagi organisasi kemanusiaan Palang Merah Internasional melakukan intervensi dengan dalil tidak adanya gugatan terhadap dirinya. Demikian dilansir Islammemo, (09/09/2012).*