Hidayatullah.com—Pasca serangan penjajah Israel atas Gaza yang menelan korban hampir 2000 orang syahid (insyaAllah) dan hampir mencapai 10 ribu warga terluka rupanya melahirkan efek simpati dunia yang luar biasa pada rakyat Palestina dan gerakan boiko terhadap produk dukungan Israel.
Bahkan gerakan global “Boycott, Divestment and Sanctions” atau boikot, divestasi dan sanksi terhadap Israel yang kemudian disingkat BDS nampaknya makin mendunia.
The Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) terhadap rezim Israel dimulai pada Juli 2005 yang didukung lebih dari 170 organisasi Palestina. Tahun 2007, Komite Nasional Palestina BDS didirikan untuk mengkoordinasikan gerakan global yang terus meningkat ini.
Gerakan yang lahir guna mengakhiri apartheid di Afrika Selatan makin berkembang sangat cepat. Aksi BDS makin menemukan momentumnya tatkala serangan penjajah Israel atas Gaza bulan Juli 2014 lebih dari sebulan lamanya.
Sebelum aksi serangan Israel bulan Juli 2014, gerakan ini sudah bergulir. Tepatnya bulan Maret 2014, pertama kali dalam sejarah, parlemen Uni Eropa bergabung dalam kampanye internasional untuk memboikot Israel atas kegiatan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki.
Itu terungkap dalam surat khusus kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashto, dimana 29 anggota Parlemen Uni Eropa menyerukan pencegahan perusahaan-perusahaan Eropa untuk mengadakan transaksi dan perdagangan dengan perusahaan-perusahaan Israel.

Dilansir BBC, Senin (31/03/2014), anggota parlemen Uni Eropa mengatakan setiap hubungan ekonomi dengan perusahaan-perusahaan Israel yang terlibat dalam pembangunan pemukiman akan memberikan kontribusi atas pelanggaran Tel Aviv terhadap hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia.
Uni Eropa juga memblokir semua hibah dan pendanaan kepada entitas Israel di pemukiman ilegal.
Sebelumnya, Asosiasi Studi Amerika dan beberapa lembaga pendidikan Eropa juga telah mengumumkan keputusannya untuk memboikot Israel dan lembaga akademisi atas perlakuan diskriminatif di Palestina.
Menurut BBC, boikot internasional terhadap produk-produk Israel atau Divestasi dan Sanksi (BDS), telah menelan biaya rezim Israel 30 juta dolar.
Kampanye BDS merupakan bagian dari upaya internasional untuk menekan Tel Aviv supaya menghentikan konstruksi ilegal di wilayah Palestina yang mereka duduki sejak 1948 silam.
Di bulan yang sama, dirilis dari electrointifada, BDS juga mergulir di kampus-kampus Amerika dan Eropa. Selama bulan Maret, referendum untuk mendukung gerakan BDS dilakukan di University of Dundee di Skotlandia, National University of Ireland-Galway, dan King College London .
Tanggal 27 Maret referendum diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Universitas Dundee (DUSA) hasilnya gerakan mendukung Action Palestine Society disetujui oleh mayoritas mahasiswa. Dari 660 suara yang diberikan, 479 (72,6 %) mendukung gerakan tersebut.
DUSA mengatakan hasil dari jajak pendapat ini menunjukkan bahwa mahasiswa Skotlandia ingin mengambil sikap etis dalam menentang ketidakadilan di Palestina .
BDS terbukti mampu memenangkan dukungan massa dan membujuk perusahaan, lembaga budaya, seniman dan pemerintah untuk bergabung atau mengamati boikot terhadap Israel.
Keberhasilan dan pertumbuhan gerakan BDS global yang hanya mungkin karena tindakan kreatif dan ditentukan oleh orang-orang yang teliti dan organisasi dan serikat di seluruh dunia.
Gerakan BDS didukung dan dipimpin oleh Komite Nasional Palestina BDS (BNC), dan kami telah mengumpulkan set ide tentang bagaimana untuk mendukung dalam gerakan BDS.
Dapatkan terlibat hari ini dan membantu untuk membangun gerakan BDS internasional terhadap rezim Israel pendudukan, kolonialisme dan apartheid.
Tarik Investasi
Sebelum ini, dalam sebuah pemungutan suara tertutup pada pertemuan tahunan di Detroit, Jumat (20/6/2014), Gereja Presbiterian (Amerika Serikat) tengah menarik jutaan dollar dana investasinya dari tiga perusahaan negara itu yang kegiatan usahanya mempunyai kaitan dengan pendudukan Israel di Palestina.
Gereja itu meraih suara 310-303 untuk melepas (divestasi) dana 21 juta dollar dari Caterpillar, Hewlett-Packard, dan Motorola Solutions.
Gereja itu menyatakan, Caterpillar memasok produk ke Israel yang digunakan untuk menghancurkan rumah-rumah orang Palestina, Hewlett-Packard menyediakan logistik dan teknologi untuk membantu menegakkan blokade laut Gaza, dan Motorola Solutions menyediakan sistem militer dan pengawasan di permukiman ilegal Israel.
Selain Gereja Presbitarian, protes terhadap serangan Israel ke Gaza dilakukan di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Amerika Serikat.
Di Boston, protes terhadap Israel antara lain diselenggarakan oleh Jewish Voice for Peace, diikuti ribuan demonstran di 15 kota.
Selain menggelar demonstrasi, mereka juga melancarkan seruan boikot terhadap produk asal Israel. Salah satunya adalah kampanye menghentikan pembelian SodaStream yang dibuat di Tepi Barat dan diimpor ke AS.
“Kami berada di sini untuk mengutuk hukuman kolektif Israel atas Palestina, untuk meratapi hilangnya nyawa, dan untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan-perusahaan yang memungkinkan kekerasan ini terjadi,” kata Lisa Stampnitzky, seorang aktivis HAM asal Boston.

Aksi menolak serangan Israel juga dilakukan di New York, Chicago, Los Angeles, Philadelphia, dan San Francisco. Menurut Rabbi Alissa Wise, selain boikot, mereka juga menyerukan pemberlakuan sanksi terhadap Israel.
Ada sembilan produk asal Israel yang beredar luas di AS. Menurut situs Mic.com, produk-produk ini mengalirkan keuntungan tak sedikit bagi perusahaan Israel.
Boikot diharapkan para penggiatnya sebagai taktik untuk menekan Israel agar mengubah sikapnya.*/bersambung Daftar Produk Asal Israel