Hidayatullah.com–Sekitar 1.000 orang umat Budha membakar puluhan rumah dan toko-toko milik penduduk muslim di barat laut Myanmar. Para perusuh, yang bergerak dengan menyanyikan lagu kebangsaan Myanmar, bubar setelah pasukan keamanan tiba dengan melakukan tembakan ke udara. Dilaporkan tidak ada korban terluka.
Kerusuhan yang berlangsung cukup lama itu terjadi di Desa Htan Gone, 16 kilometer selatan kota Kantbalu di wilayah Sagaing. Dimulai Sabtu (24/08/2013) malam, baru berakhir Minggu pagi setelah pasukan keamanan tiba.
Televisi negara melaporkan, sekitar 42 rumah dan 15 toko dibakar dan dihancurkan. Sebagian besar milik umat Islam.
Negara berpenduduk 60 juta yang didominasi umat Budha ini telah bergulat dengan kekerasan sektarian sejak penguasa militer negara itu menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan sipil pada tahun 2011.
Sejauh ini kerusuhan telah menewaskan lebih dari 250 orang dan menyebabkan 140.000 orang mengungsi, yang dimulai tahun lalu di negara bagian barat Rakhine, di mana umat Buddha nasionalis menuduh komunitas Muslim Rohingya memasuki negara secara ilegal dan menjarah tanah milik mereka.
Kekerasan, pada skala yang lebih kecil namun tetap mematikan, menyebar awal tahun ini ke bagian lain di negara itu, dipicu prasangka yang mendalam terhadap minoritas Islam.
Hampir semua korban adalah penduduk Muslim. Mereka menjadi korban walaupun pasukan keamanan berada di dekat kawasan itu, bahkan di dekat penyerangan terjadi.
Kementerian Informasi mengatakan, kerusuhan terakhir ini dipicu oleh laporan bahwa seorang pria Muslim berusaha melakukan serangan seksual terhadap seorang wanita Buddhis dalam perjalanan pulang dari kerja. Hal ini menyebabkan 1.000 orang berkumpul dan menuju Htan Gone.
“Orang-orang datang ke desa kami dengan membawa pedang dan tombak, dan menyanyikan lagu kebangsaan, kemudian menghancurkan toko-toko dan membakar rumah-rumah,” kata Aung San, seorang pria Muslim (48 tahun) yang rumahnya dibakar. “Polisi berteriak pada massa untuk bubar, tapi tidak mengambil tindakan serius.”
Aung San, yang tinggal bersama orang tuanya berusia 70 tahun, mengatakan, keluarganya melarikan diri ketika massa membakar rumah mereka.
“Kami menyembunyikan orang tua saya dan dua saudara perempuan di satu kuburan sebelum massa membakar rumah kami, dan kemudian kami melarikan diri,” katanya, seperti dimuat Global News.
Dia dan keluarganya hari Minggu mengungsi di satu sekolah Islam.
Myint Naing, seorang anggota parlemen oposisi yang mewakili konstituen di Kantbalu, sangat marah dengan aksi kekerasan terbaru tersebut. Dia mengatakan, Muslim dan Buddha hidup saling berdampingan di daerah ini selama bertahun-tahun.
“Hampir setiap desa di kota kami ada masjid dan kami hidup berdampingan dengan damai,” katanya, sambil menuju ke tempat kejadian, menambahkan, setidaknya satu masjid dibakar dalam kekerasan tersebut.
“Saya tidak mengerti mengapa pemerintah tidak dapat mengendalikan kerusuhan ketika baru dimulai,” katanya.
Yang menarik kerusuhan di Myanmar selalu diawali oleh rumor. Sebelum ini kerusuhan diawali oleh rumor seorang muslim menusuk seorang Budha, kali ini diawali oleh rumah pria muslim berusaha memperkosa wanita Budha.*