Hidayatullah.com—Setelah berita demonstrasi di Mesir belakangan ini didominasi oleh kelompok pro-Mursy dan Al-Ikhwan al-Muslimun serta bentrokan dengan kelompok penentangnya, kini giliran pekerja di kawasan industri tekstil di Mahalla melakukan aksi unjuk rasa.
Ribuan pekerja itu melakukan aksi duduk sejak hari Rabu (9/10/2013) guna menuntut pembayaran uang bonus libur Hari Raya Idul Adha yang akan berlangsung mulai Senin hingga Jumat besok.
Ahram Online Jumat (11/10/2013) melaporkan, para buruh terus melakukan unjuk rasa meskipun kementerian investasi sudah mengumumkan di media bahwa uang bonus akan dibayarkan pada hari Ahad besok.
“Ceknya belum dikeluarkan, kami akan tetap melakukan protes sampai kami dibayar,” kata Kamal El-Fayoumi, buruh yang menjadi populer sejak ambil bagian dalam demonstrasi sebelum rezim Husni Mubarak akhirnya digulingkan.
Berdasarkan perjanjian yang sudah dibuat sebelumnya, para pekerja di Mahalla yang berjumlah sekitar 22.000 dijanjikan mendapat bonus senilai 45 hari kerja sebelum Idul Adha. Menurut Fayoumi, pada siang hari jumlah buruh yang mengikuti aksi duduk sekitar 12.000 orang dan pada malam hari 4.000 orang buruh berkumpul di luar pabrik.
Perjanjian mengenai pembagian keuntungan perusahaan tekstil kepada pekerjanya itu sudah disepakati bersama dengan pemerintah dan manajemen perusahaan awal tahun ini.
Dua cicilan pembagian bonus sudah dibayarkan, di mana satu di antaranya dibayarkan pada bulan Agustus setelah buruh berdemonstrasi karena pencairannya tertunda. Pembagian bonus keempat rencananya akan diserahkan usai rapat umum perusahaan bulan Desember mendatang.
Buruh tekstil di Mahalla memiliki sejarah militansi yang panjang. Mereka kerap memimpin aksi unjuk rasa dan mogok, baik sebelum maupun sesudah revolusi rakyat 25 Januari 2011 yang berhasil menggulingkan rezim Mubarak. Tahun 2006 mereka pernah melancarkan gelombang demonstrasi besar. Tahun 2008 mereka mengulangi demonstrasi itu, yang menjadi tanda perlawanan terbuka rakyat Mesir terhadap rezim diktator Husni Mubarak.
Tahun 2008 itu, Mahalla yang terletak di daerah Delta Nil menjadi saksi demonstrasi terbesar sepanjang 30 tahun kekuasaan presiden Husni Mubarak.
Berawal dari unjuk rasa buruh di Mahalla itu, demonstrasi terus menyebar ke berbagai daerah di Mesir dan menimbulkan bentrokan dengan aparat keamanan. Untuk pertama kalinya wajah rezim Mubarak tercoreng di mata internasional, akibat bentrokan itu.
Unjuk rasa buruh di Mahalla itu diyakini oleh para aktivis dan analis sebagai awal mula gerakan rakyat Mesir, yang memainkan peran penting dalam kejatuhan rezim Mubarak pada Januari 2011.*