Hidayatullah.com—OPCW, pengawas pelaksanaan pemusnahan senjata-senjata kimia milik rezim Suriah, mendapatkan anugerah Nobel Perdamaian tahun 2013.
Dilansir AFP, juri Nobel Perdamaian dalam pernyataannya hari Jumat (11/10/2013) mengatakan, “Kejadian baru-baru ini di Suriah, dimana senjata kimia kembali digunakan, telah menegaskan perlunya menggiatkan upaya-upaya guna memusnahkan senjata semacam itu.”
Berbasis di kota Den Haag, Belanda, Organisation for Prohibition of Chemical Weapons didirikan tahun 1997 guna mengimplementasikan Konvensi Senjata Kimia yang diteken pada 13 Januari 1993.
Setelah cukup lama tidak terdengar kiprahnya, belakangan nama OPCW kembali mencuat terkait tugasnya mengawasi pelaksanaan pemusnahan cadangan senjata kimia milik rezim Suriah berikut fasilitasnya. Tugas itu harus selesai pada pertengahan 2014, dengan mandat berupa resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Satu tim terdiri dari 30 orang pakar senjata OPCW dan staf logistik dari PBB, serta petugas keamanan, saat ini sedang berada di Suriah dan sudah mulai memusnahkan fasilitas produksi senjata kimia milik pemerintah. Pekerjaan mereka direkam oleh stasiun televisi pemerintah Suriah.
Hari Selasa lalu, OPCW menerjunkan tim kedua, guna mempercepat misi mereka di negara yang masih mengalami konflik bersenjata itu.
Sejak didirikan 16 tahun lalu, OPCW sudah memusnahkan 57.000 ton senjata kimia. Sebagian besar sisa senjata kimia peninggalan dari era Perang Dingin sekarang disimpan oleh Amerika Serikat dan Rusia.
Penghargaan kepada OPCW ini merupakan tahun kedua berturut-turut di mana Nobel Perdamaian diberikan kepada lembaga dan bukan perorangan. Tahun lalu Nobel Perdamaian diberikan kepada Uni Eropa, meskipun mendapat kecaman dari berbagai pihak di dunia.
Hadiah Nobel Perdamaian terdiri dari sebuah medali emas, sertifikat dan uang senilai 8 juta kronor atau sekitar USD1,2 juta.*