Hidayatullah.com—Gereja Katolik di Skotlandia dihujani kritik atas caranya menanggapi laporan-laporan pencabulan atas murid di sekolah-sekolah Katolik berasrama yang bergengsi, lansir BBC (20/12/2013).
Para bekas siswa sekolah Fort Augustus Abbey dan Carlekemp mengklaim rohaniwan-rohaniwan senior tidak menawarkan bantuan atau dukungan kepada korban pencabulan oleh rohaniwan Katolik.
Sebuah laporan investigasi BBC Skotlandia mengungkap masalah tersebut dan menyiarkannya pada bulan Juli lalu.
Setelah kabar itu meluas ke publik, uskup Hugh Gilbert berjanji akan membantu para korban.
Reaksi pertama gereja atas kasus pencabulan di Fort Augustus itu ditujukan untuk mengarahkan perhatian publik ke Benedectines –orde Katolik yang menjalankan sekolah-sekolah agama di Highlands dan East Lothian.
Dom Richard Leo kepala biara presiden Kongregasi Benedektin Inggris, komunitas otonom para biarawan dan biarawati Benedektin Katolik Roma, meminta maaf dan mengakui kesalahan organisasinya dalam menanggapi laporan kejahatan seksual atas murid-murid sekolahnya.
Seiring dengan semakin banyaknya orang yang mengaku sebagai korban, salah seorang petinggi gereja paling senior, uskup Gilbert, angkat bicara dengan memberikan janji bahwa apa saja yang bisa dilakukan gereja untuk menolong korban maka akan dilakukan.
Dia menyebut pencabulan itu sebagai tuduhan yang “pahit, memalukan dan menggelisahkan.”
Bulan Agustus lalu polisi mengaku sudah mengidentifikasi 20 orang korban.
Hari Kamis (19/12/2013) muncul tiga pria yang disebut-sebut sebagai pelaku dan telah dilaporkan ke kejaksaan.
Namun dikabarkan pula bahwa tidak ada seorang pun dari pihak gereja yang mengontak para korban kebejatan rohaniwan Katolik itu.
“Yang sedang terjadi ini adalah parsel sedang dipindah-pindahkan,” kata Donald MacLeod, menyindir masalah pencabulan itu hanya dilempar ke sana-sini. MacLeod pernah bersekolah di Fort Augustus sejak usia 14 tahun di awal 1960an.
“Uskup Gilbert pernah mengirim surat kepada seorang korban yang menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah,” cerita MacLeod.
“(Lalu saya) bicara ke Benedektin. Benedektin sudah menulis surat ke saya pribadi yang mengatakan, ‘Kami tidak bertanggungjawab, lapor saja ke yang lain.’” lanjut MacLeod.
“Saya berharap ada telepon atau kontak karena mereka tahu bagaimana menghubungi saya dan caranya sangat sederhana dan mudah. Mereka tahu saya, sebab saya muncul di BBC,” kata MacLeod.
Kepada BBC pihak Gereja Katolik hanya menyampaikan dalih, bahwa tidak mungkin pihak yang tidak berwenang bicara menanggapi masalah itu dan menegaskan gereja masih terbuka menerima pengaduan dari korban.
“Sedikitnya satu orang mantan siswa yang menghubungi uskup Gilbert, sudah diarahkan ke kepala biara Richard. Pihak yang terakhir itu (Richard) kemudian menindaklanjutinya dan berharap bisa bertemu. [Tetapi] tidak ada respon dan mantan siswa tersebut,” dalih gereja.
Menanggapi munculnya pengaduan pelecehan seksual atas siswa di Fort Augustus dan skandal-skandal lainnya, bulan lalu Gereja Katolik Skotlandia menampilkan ke publik perincian kasus pencabulan antara tahun 2006 dan 2012.
Gereja juga mengatakan akan melakukan kaji ulang atas seluruh laporan dan tuduhan kasus pencabulan oleh rohaniwan Katolik antara tahun 1947 dan 2005.
Gereja mengaku melakukan review internal atas langkah-langkah pengamanannya dalam masalah tersebut.*