Hidayatullah.com—Penelitian oleh Universitas Leeds mendapati, hampir sepertiga penari telanjang di klub-klub malam adalah mahasiswa.
Ironisnya, kebanyakan dari mereka melakoni pekerjaan nista itu untuk membiayai pendidikannya di perguruan tinggi. Disamping ada pula yang melakukannya untuk kesenangan.
Riset yang dilakukan oleh para sosiolog dari Universitas Leeds di Inggris itu juga mendapati bahwa industri hiburan dewasa aktif menarget kalangan mahasiswa untuk terjun dalam bisnis tersebut. Di mana klub-klub malam mengirimkan selebaran-selebaran kepada para mahasiswa baru semasa masa orientasi studi guna menarik banyak pengunjung ke klub mereka.
Laporan riset itu menyebukan bahwa sekarang mahasiswa menjadi “kelompok penyuplai utama industri seks.”
Sebuah kota di wilayah utara di mana terdapat 2 universitas besar, bahkan memiliki 12 klub striptis, kata laporan itu dilansir The Telegraph (27/2/2014).
Dalam risetnya, peneliti mewawancarai hampir 200 penari telanjang, dan mendapati hampir sepertiganya (29,4%) “sedang menempuh pendidikan.”
Temuan itu diungkap menyusul keputusan pemerintah untuk menaikkan biaya pendidikan tinggi menjadi £9,000 setahun (sekitar 173 juta rupiah) pada tahun 2012 lalu.
“Alasan utama mahasiswa terjun ke dunia striptis adalah tingginya biaya pendidikan, kurangnya fasilitas kredit dan dukungan untuk kursus keterampilan,” kata penelitian itu. Selain itu, pekerjaan sebagai penari telanjang memberikan fleksibilitas waktu antara kerja sebagai penari bugil dengan kewajiban duduk di bangku kuliah sebagai mahasiwa.
“Bahkan sebelum masuk universitas, sebagian penari telanjang sudah mempersiapkan biaya tinggi untuk pendidikannya di universitas dengan bekerja sebagai penari,” imbuh penelitian itu.
Studi itu didasarkan pada analisa klub-klub penari telanjang di dua kota, satu di wilayah utara dan satu di selatan England.
Sebagian besar mahasiswa diklaim terjun sebagai penari telanjang demi mendapatkan uang, namun bagi sebagian di antaranya–terutama kalangan mahasiswa dari kelas menengah– motivasi menjadi penari telanjang adalah untuk kesenangan.
Berbicara kepada majalah Times Higher Education, Teela Sander salah seorang penulis hasil penelitian itu mengatakan, ”Banyak dari penari ini berlatar belakang kelas menengah, mereka berasal dari keluarga-keluarga di mana uang bukan menjadi masalah.”
Para mahasiswa itu tertarik ke dalam dunia penari telanjang karena sukacita menjalani masa peralihan dunianya (dari sebelumnya sebagai pelajar ke dunia mahasiswa, red) dan peluang bisa mendapatkan uang di malam hari dianggapnya sebagai bonus.
Menariknya, menurut penelitian itu ada ketegangan nyata antara penari telanjang “kalangan tua” yang bekerja semata untuk mendapatkan uang, dengan penari-penari telanjang baru yang masih muda dan belum berpengalaman yang masuk dunia striptis dengan motif beragam.*