Hidayatullah.com—Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan istrinya menghadapi masalah hukum, setelah seorang mantan pembantu di rumah mereka di Al-Quds (Yerusalem) menggugat ke pengadilan pekan ini.
Kasus hukum yang melibatkan Netanyahu dan istrinya, Sara, mencuat hari Rabu (19/3/2014) setelah stasiun televisi Channel 2 melaporkan bahwa Manny Naftali mantan pengurus rumah tangga Netanyahu menuntut pasangan itu membayar ganti rugi sebesar US$287.685.
Naftali adalah seorang bekas tentara yang dijadikan pengawal pribadi Sara, lalu dipromosikan menjadi pengawas kerumahtanggaan di kediaman Netanyahu.
Naftali, seorang Yahudi asal Maroko, mengklaim bekas majikannya itu tidak memenuhi kewajibannya dan dia tidak mendapatkan bayaran secara adil, terutama jika bekerja lembur.
Dia mengutarakan sejumlah cerita mengenai perlakuan tidak adil dan rasisme yang dialaminya.
Satu contoh, Sara membangunkannya pukul 3 dini hari hanya untuk mengeluh bahwa susu yang dibelinya menggunakan kantong dan bukan kemasan karton.
Dalam satu kasus, Sara membanting sebuah vas berisi bunga layu ke lantai, dengan mengatakan kepada Naftali bahwa bunga layu tidak pernah dipanjang di Istana Élysée (istana kepresidenan di Prancis).
Dalam laporannya hari Kamis (20/3/2014), koran Zionis yang dikenal kritis terhadap Netanyahu, Haaretz, menyebut Sara sebagai Marie Antoinette-nya Israel.
Naftali, 35, juga mengaku mendapatkan perlakuan rasis.
Dalam salah satu kesempatan Sara mencemooh hidangan yang disajikan dengan mengatakan, “Kami adalah orang-orang Eropa yang canggih.”
“Kami tidak makan sebanyak kalian orang-orang Maroko. Kamu menjejali kami makanan, sehingga ketika mereka memotret kami diluar negeri kami kelihatan gemuk,” kata Sara.
Naftali, yang kemudian dipecat, mengataksn bahwa 20 bulan bekerja untuk keluarga Netanyahu merupakan masa yang penuh tekanan, terutama setelah 29 staf dipecat “dengan catatan buruk” pada masa itu.
Naftali bukan orang pertama yang pernah mengajukan gugatan hukum atas Netanyahu.
Tahun 2010 seorang pembantu rumah tangga bernama Liliane Peretz mengatakan bahwa “Netanyahu meneriakinya, mempermalukannya, memberikannya pekerjaan berlebihan dan membayarnya dengan upah murah,” lansir The Telegraph.
Peretz juga mengaku dipaksa keluarga Netanyahu sering berganti pakaian selama bekerja agar tetap bersih, dan dia menerima sejumlah uang damai hasil kesepakatan di luar pengadilan dua tahun setelah mengajukan gugatannya.*