Hidayatullah.com–Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Hamburg, sekitar 7,5 juta orang di Jerman diketahui buta huruf.
Dari jumlah tersebut, sekitar 4,3 juta di antaranya adalah orang Jerman asli, yang berbicara bahasa Jerman.
Di Jerman, lebih dari 14 persen penduduk usia kerja, bisa dikategorikan buta huruf secara fungsional. Seseorang disebut buta huruf fungsional, jika ia bisa membaca dan menulis satu buah kata, tapi tidak bisa memahami satu kalimat pendek, seperti instruksi kerja.
Hal yang paling mengejutkan para peneliti adalah, lebih dari sepuluh persen orang Jerman yang buta huruf secara fungsional, memiliki gelar yang cukup tinggi.
Angka buta huruf negeri Bavaria itu terbilang tinggi, mengingat menurut CIA Factbook, populasi Jerman per Juli 2011 diperkirakan 81,5 juta orang.
Dalam studi itu, peneliti mewawancarai 8.000 orang berusia 18 hingga 64 tahun.
Peter Hubertus, pendiri dan general manager dari Asosiasi Literasi dan Pendidikan Dasar, paham benar bagaimana beratnya bagi orang-orang dewasa untuk ikut kursus membaca dan menulis.
Buta huruf dianggap sesuatu yang tabu di Jerman. Bahkan ketika sebuah pusat pendidikan untuk orang dewasa di kota Bonn menerima kedatangan wartawan, peserta kursus yang sempat ditanyai tidak mau lagi menghadiri kelas, karena malu.
“Hanya sekitar 20.000 orang dewasa yang mendatangi kelas membaca dan menulis,” kata Hubertus, dikutip Deutsche Welle (04/10/2011).
Menurut Hubertus, pusat pendidikan yang ada kurang memenuhi kebutuhan peserta didik, karena hanya menawarkan kelas selama 3 hingga 4 jam per minggu. Jumlah jam belajar itu mungkin cukup untuk mereka yang bekerja, namun tidak memadai bagi orang yang masih menganggur.
“Jelas terlihat, kurangnya kemampuan dalam membaca dan menulis sering kali menjadi penyebab seseorang tidak lagi bekerja,” katanya menjelaskan.
Menurut Hubertus, kursus bagi orang Jerman asli seharusnya seperti yang diberikan oleh kelas kursus para imigran. Tempat kursus para imigran menawarkan jam belajar yang lebih lama dengan biaya lebih murah.
Kebanyakan orang dewasa di Jerman yang buta huruf menyalahkan diri mereka sendiri.
Tapi, menurut Tim-Thillo Fellmer, seorang penulis buku cerita anak dan penerbit yang sukses, kesalahan tidak sepenuhnya ada pada orang tersebut.
Sistem pendidikan yang ada, menurut pria yang pernah didiagnosa mengidap dyslexia saat duduk di kelas dua itu, ikut menyulitkan para peserta didik. Kondisi kelas yang padat, kurang memberi keleluasaan bagi anak-anak penderita dyslexia (kesulitan baca dan tulis) agar dapat belajar lebih baik.
Fellmer sendiri dulu harus berjuang 10 tahun untuk mengatasi kesulitannya. Tidak hanya mengikuti kursus untuk orang dewasa, Fellmer pun menyewa pengajar pribadi, serta meminta bantuan teman dan keluarga.
“Saya juga menggunakan sejumlah alat, seperti program komputer, agar bisa membaca,” kata Fellmer.*
Keterangan foto: Peter Hubertus.[DW]