Hidayatullah.com–Protes yang dilakukan penduduk setempat memaksa Duke dan Duchess of Cambridge untuk membatalkan perjalanan ke sebuah desa Belize yang dijadwalkan sebagai awal tur mereka di kawasan Karibia.
Protes terhadap lawatan anggota keluarga Kerajaan Inggris itu muncul dari perselisihan antara warga distrik Toledo dan Flora and Fauna International (FFI), sebuah organisasi amal konservasi yang dinaungi oleh Pangeran William, pewaris tahta Inggris.
William dan istrinya, Kate Middleton, dijadwalkan mengunjungi perkebunan kakao Akte’il Ha di Indian Creek pada hari pertama kunjungan tebar pesona mereka di wilayah tersebut, tetapi kantor mereka membatalkan kunjungan tersebut pada hari Jumat.
Lokasi pendaratan helikopter William dan Kate di Belize – sebuah lapangan sepak bola – menyulut masalah lebih lanjut dengan warga, yang mengklaim bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi tentang hal itu.
Dilansir The Guardian, Stasiun televisi lokal Channel 7 menggambarkan ketegangan antara warga dan negara itu terkait soal “makna persetujuan dalam konteks hak tanah komunal, hak atas tanah yang dihapus pada masa kolonial oleh Inggris”.
Kepala desa Indian Creek, Sebastian Shol, mengatakan kepada Daily Mail, “Kami tidak ingin mereka mendarat di tanah kami, itulah pesan yang ingin kami sampaikan.”
“Mereka bisa mendarat di mana saja, tetapi tidak di tanah kami.”
Seorang juru bicara Istana Kensington berkata, “Kami dapat mengonfirmasi bahwa disebabkan masalah sensitif yang berkaitan dengan masyarakat di Indian Creek, kunjungan telah dipindahkan ke lokasi lain. Penjelasan lebih lanjut akan diberikan pada waktunya.”
Pemerintah Belize dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya mengaktifkan rencana cadangan dan “lokasi lain telah dipilih untuk menunjukkan kewirausahaan keluarga suku Maya dalam industri kakao.”
Dalam sebuah pernyataan, FFI mengatakan telah membeli tanah di Boden Creek dari pemilik pribadi pada Desember 2021, dan bahwa area itu akan dipakai untuk melestarikan dan melindungi satwa liar di daerah itu sambil mendukung mata pencaharian dan hak-hak tradisional masyarakat setempat.
Tanpa menyinggung tentang sengketa tanah, FFI mengatakan bahwa mereka membeli lahan untuk memberi manfaat bagi integritas ekologis daerah tersebut, komunitas penduduk dan Belize secara keseluruhan, dan berjanji untuk mempertahankan “dialog yang terbuka dan berkelanjutan” dengan masyarakat setempat.
Lawatan oleh Pangeran William itu merupakan bagian dari tur ke Belize, Jamaika dan Bahama yang dipandang sebagai upaya untuk menggalang dukungan bagi monarki dan membujuk negara lain untuk tidak mengikuti jejak Barbados yang memilih menjadi sebuah republik.
Juru kampanye Windrush dan pakar-pakar masalah Karibia mengkritik lawatan itu, dengan mengatakan Inggris seharusnya secara aktif membantu negara-negara untuk memutuskan hubungan dengan monarki dan bukannya meyakinkan mereka untuk tetap tinggal.
“Inggris masih memiliki ikatan hukum dan ekonomi kunci, yang mempersulit negara seperti Jamaika untuk benar-benar merdeka,” kata penulis dan juru kampanye Windrush Patrick Vernon.
“… Jika Jamaika memutuskan demikian, akan ada efek domino di kawasan Karibia yang berbahasa Inggris,” imbuhnya.*