Hidayatullah.com—Tokoh-tokoh Muslim di sebuah masjid di Aberdeen, Skotlandia, mengimbau agar seorang pemuda yang muncul dalam video rekrutmen kelompok bersenjata ISIL/ISIS pulang kembali ke keluarganya.
BBC Skotlandia telah mengkonfirmasi bahwa pemuda yang dimaksud bernama Abdul Rakib Amin. Di kalangan teman-temannya dia dikenal dengan panggilan Rakib, meskipun juga punya sejumlah nama panggilan lain.
Rakib diyakini berusia 25 tahun, lansir BBC (24/6/2014).
Diketahui, dulu Rakib pernah bersekolah di Sunnybank Primary dan St Machar Academy di kota Aberdeen.
Teman sekolahnya Naz Hussain mengatakan, “Setahu saya dia seorang pemuda yang baik, pemuda normal yang senang bermain sepakbola.”
“Dia orangnya supel. Dia kadang terlibat dalam masalah tetapi tidak ada yang serius. Dia cuma pemuda biasa saja.”
“Komunitas Bangladesh di Aberdeen dikenal baik. Mereka benar-benar orang pekerja keras dan saya berharap masalah ini tidak membahayakan mereka.”
“(Masalah) ini hanya menyangkut satu orang yang mungkin sedang kehilangan arah,” ujarnya.
Menurut Naz Hussain, orang-orang di Aberdeen terkejut mengetahui soal Rakib. Dan hal semacam itu merupakan hal yang aneh di lingkungan kota kecil seperti Aberdeen.
Imam masjid tersebut, Ibrahim Alwawi, menolak pendapat yang mengatakan Rakib kemungkinan mendapatkan pemikiran ekstrim dari masjidnya di Aberdeen.
Dia mengaku akan menerima Rakib pulang dengan tangan terbuka, jika pemuda itu tidak berpikiran radikal.
Video berdurasi 13 menit dengan judul “Tak Ada Kehidupan tanpa Jihad” muncul hari Jumat lalu dari akun-akun yang berkaitan dengan kelompok ISIS/ISIL.
Dua dari enam orang yang tampak dalam video itu mendesak Muslim agar ikut ambil bagian dalam perang suci. Mereka diidentifikasi masing-masing bernama Nasser Muthana dan Reyaad Khan asal Cardiff.
Kemunculan mereka kontan mengejutkan warga Aberdeen.
Dr Salah Beltagui dari Dewan Muslim Skotlandia mengatakan, “Kami sudah mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa pergi ke Suriah atau Iraq tidak akan membantu.”
“Kalian membuat masalah semakin buruk bagi keluargamu di sini di Skotlandia.”
“Pasti ada cara lain untuk membantu orang-orang di Iraq dan Suriah,” imbuhnya.
Menurut Beltagui, para pemuda itu bergabung dengan ISIL/ISIS tanpa melalui proses rekrutmen terbuka. Mereka direkrut melalui internet, yang mana cara semacam itu bukan hal baru dan sudah dilakukan selama bertahun-tahun.
Beltagui menyayangkan pihaknya yang tidak bertindak lebih dini.
Menteri urusan eksternal pemerintah Skotlandia Humza Yousaf, Kepolisian Skotlandia dan Muslim di sana memiliki hubungan baik.
Hubungan baik itu harus ada, karena intelijen sangat penting dalam situasi seperti ini, kata Yousaf, yang mengatakan bahwa mayoritas Muslim dan dai di Skotlandia moderat.*