Hidayatullah.com–Seiring dengan terus memanasnya konflik bersenjata di Libya, banyak para pekerja medis asal negara di Asia angkat kaki sehingga pelayanan kesehatan di negara itu terancam lumpuh total.
Pertempuran dan pertumpahan darah antar kelompok-kelompok bersenjata di Tripoli tiga pekan terakhir telah mendorong sejumlah negara mengevakuasi warga dan staf diplomatiknya keluar Libya.
Saat ini terdapat sekitar 3.000 pekerja medis asal Filipina, atau 60 persen dari tenaga kesehatan di rumah-rumah sakit di Libya. Mereka sewaktu-waktu bisa pergi bersama dengan pekerja medis dari India yang mencakup 20 persen tenaga medis di negeri Afrika kaya minyak itu.
Rumah-rumah sakit di Libya belakangan disibukkan dengan kedatangan korban konflik bersenjata di ibukota dan Benghazi. Di Tripoli saja sedikitnya 102 orang telah tewas dan 452 lainnya luka-luka akibat bentrokan bersenjata mulai 13 Juli, kata Kementerian Kesehatan hari Rabu (30/7/2014) dilansir AFP.
Sementara itu di Benghazi terdapat 77 orang korban tewas dan 289 lainnya luka-luka.
Pemerintah Manila mendesak warganya segera meninggalkan Libya pada 20 Juli lalu setelah seorang pekerja asal Filipina diculik dan dipenggal lehernya.
Diperkirakan seluruhnya ada 13.000 orang Filipina bekerja di Libya dan hanya 700 orang saja yang dilaporkan sudah angkat kaki. Sisanya menolak untuk meninggalkan pekerjaan mereka meskipun situasinya berbahaya.
Namun hari Kamis (31/7/2014), Manila mengatakan akan menyewa kapal-kapal untuk mengevakuasi warganya, setelah sehari sebelumnya seorang perawat Filipina diculik dan diperkosa beramai-ramai di Tripoli.
Menyusul penculikan dan pemerkosaan atas rekannya itu ratusan dokter dan perawat di Tripoli Medical Center mogok dan melakukan anarki di rumah sakit. Keluarga-keluarga pasien dipaksa memindahkan saudaranya ke klinik-klinik swasta, kata seorang pejabat rumah sakit.
“Rumah-rumah sakit bisa lumpuh” jika warga Filipina berbondong-bondong pergi, kata jurubicara Kementerian Kesehatan Ammar Muhammad.
Seorang pejabat medis mengatakan, kementerian berusaha membujuk mereka agar tetap tinggal.*